Di dalam taman burung tanpa kicauan itu ada kandang kandang tanpa penghuni. Nyamuk bukan main banyaknya. Padahal ada beberapa jenis tanaman di tengah taman.
Dan ternyata elang itu pemberian warga yang menangkapnya saat berburu. Lalu diserahkan kepada petugas taman burung.
Hal itu disampaikan Taher, saat dinas malam. Malam itu Taher duduk sendiri, temannya Hendri belum tiba. Dia sedang menelepon keluarganya.
Taher menyambut dengan ramah dan menceritakan juga sejak mereka bekerja pada 2018 hingga saat ini, tidak ada burung di taman itu.
Beberapa ekor merpati kini sudah mati juga titipan temannya. Merpati merpati itu mati Karen sakit.
“Sempat ada dua perawat burung, laki-laki dan perempuan. Sama seperti kami keduanya dengan gaji honorer. Yang laki laki bernama Johan, sedang yang perempuan saya lupa namanya. Karena tidak ada pekerjaan di sini, mereka dipindahkan ke Tangsi Belanda,” jelas Taher.
Menurut Taher, saat ini yang perempuan bertugas di bagian tiket, yang laki laki keamanan dan taman.
Dulu, jaring atau belat yang menutupi taman burung ini pernah dicuri orang. Makanya sekarang jaring hanya ada di bagian atas sebagai penutup, sedangkan bagian depan kawat jaring dan bagian belakang di tembok.
“Agar jaring dapat rapi dipasang tiang penyangga setinggi 15 meter di beberapa sisi. Jika dilihat dari jauh taman burung ini, mirip lapangan tenis,” ungkap Taher.
Taher juga menunjukkan di bagian depan kanan taman burung yang tanpa burung itu ada tempat jualan tiket yang kosong, ada musala, toilet dan gudang di sebelah kirinya.
Ditanya kenapa harus dijaga, Taher mengatakan karena dia digaji untuk menjaga itu makanya dilaksanakan.
Kontributor : Alfat Handri