Kabar Taman Burung Rp3 M di Siak: Elang Tak Sendiri Lagi, Jaring Pengaman Rusak

Diakui Tugiyono, tidak ada keamanan untuk burung di tempat tersebut lantaran kondisi jaring-jaring agar burung tidak lepas sudah memprihatinkan.

Eko Faizin
Rabu, 12 Januari 2022 | 19:51 WIB
Kabar Taman Burung Rp3 M di Siak: Elang Tak Sendiri Lagi, Jaring Pengaman Rusak
Penampakan taman burung seharga Rp3 miliar di Kelurahan Sei Mempura, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak terkini. [Suara.com/Alfat Handri]

SuaraRiau.id - Masih ingat dengan Taman Burung Siak yang ada di Sungai Mempura, Mempura? Sekarang di taman itu sudah ada penambahan beberapa spesies burung.

Sedikitnya ada empat jenis burung di taman yang menyerap anggaran lebih dari Rp 3 miliar itu. Burung-burung itu antara lain satu ekor elang, 17 merpati, satu punai tanah dan puluhan burung gereja ikut menikmati makanan yang ditebar penjaga.

Karena kawanan burung ini bisa bebas keluar masuk dari jaring yang sudah mulai berlubang di beberapa bagiannya.

Penampakan taman burung seharga Rp3 miliar di Kelurahan Sei Mempura, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak terkini. [Suara.com/Alfat Handri]
Penampakan taman burung seharga Rp3 miliar di Kelurahan Sei Mempura, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak terkini. [Suara.com/Alfat Handri]

Setiap hari burung itu dirawat dan dijaga. Ada empat orang yang menjaga taman dan burung yang ada di dalam.

Tugiyono salah satu penjaga Taman Burung itu mengatakan setiap hari bersama temannya ditugaskan merawat dan menjaga burung yang ada di dalam taman tersebut.

"Setiap pagi burung yang di dalam taman ini kami beri makan," kata Tugiyono di lokasi Taman Burung, Selasa (11/1/2022) petang.

Untuk makanan satu ekor elang, setiap harinya Tugiyono memberikan daging ikan, sementara untuk burung punai tanah dan merpati diberikan makanan dari jagung.

"Satu ekor Elang itu setiap pagi diberi makan 3 sampai 4 ekor ikan lele. Kalau Punai Tanah dan Merpati kami beri makan dedak pur dan jagung," jelasnya.

"Kalau lele dan pakan burung lainnya didapat dari anggaran Dinas Pariwisata Siak," sambung Tugiyono.

Ia mengaku mendapatkan pakan burung itu dari Dinas Pariwisata Siak. Tidak hanya diberi makan, setiap minggunya burung elang itu juga dimandikan oleh petugas jaga.

"Elangnya seminggu sekali kami mandikan, biar badannya bersih," kata Dia.

Diakui Tugiyono, tidak ada keamanan untuk burung di tempat tersebut lantaran kondisi jaring-jaring agar burung tidak lepas sudah memprihatinkan.

"Kalau diisi banyak burung tentu tidak aman juga karena kondisi jaring yang sudah bolong-bolong," ungkapnya.

Sudah tiga tahun Tugiyono bekerja untuk menjaga taman dan burung yang ada di situ.

Taman burung itu berada di Mempura, sekitar 200 meter dari Bundaran Tengku Agung Sultanah Latifah. Jika ditarik lurus dari depan pos Dishub sebelum jembatan, lebih dekat dan ada jalan setapak di sana.

Sementara jika dari Kantor Bupati sekitar 500 meter. Taman burung berdekatan dengan Kantor Pemadam Kebakaran, berjarak sekitar 50 meter.

Diketahui, terdapat 9 tiang di taman burung tersebut untuk menyangga jaring-jaring diatas. Jaring penutup yang digunakan juga sama persis dengan jaring yang biasanya nelayan gunakan untuk menangkap ikan.

Tampak usang dan bolong-bolong jaring penutup di taman burung tersebut.

Sebelumnya diberitakan, taman burung di Kelurahan Sungai Mempura, Kecamatan Mempura, Siak sudah rampung sejak beberapa tahun lalu. Namun, bangunan itu hingga saat ini tampak tidak fungsional.

Dicita-citakan, bangunan tersebut menjadi salah satu ikon wisata baru di Kabupaten Siak. Namun, fakta yang ditemui SuaraRiau.id di lapangan, tak menjawab cita-cita itu.

Direncanakan, taman burung itu akan diisi oleh berbagai macam jenis burung. Kondisi saat ini, alih-alih burung, pengunjung hanya akan menyaksikan semak belukar yang tumbuh di dalam dan luaran taman tersebut.

Dibangun pada 2014 dari APBD senilai Rp1,79 miliar, bangunan itu belum lagi berfungsi, sehingga Pemkab Siak melalui Dinas Pariwisata melakukan penganggaran kembali pada tahap kedua pada 2017 dengan anggaran Rp1,4 miliar.

Penambahan anggaran pembangunan tersebut ternyata hingga saat ini juga belum membuahkan hasil bahwa taman burung itu akan diisi sejumlah burung dan dijadikan tempat wisata.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Siak, Fauzi Asni membenarkan bahwa bangunan tersebut memang dibangun dengan dua tahap hingga saat ini.

"Saat pembangunan itu saya masih menjadi Asisten I, itu belum zaman saya jadi Kadis Pariwisata Siak," kata Fauzi Asni kepada SuaraRiau.id.

Potret taman burung bernilai Rp 3 miliar di Kelurahan Sungai Mempura, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak. [Suara.com/Alfat Handri]
Potret taman burung bernilai Rp 3 miliar di Kelurahan Sungai Mempura, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak. [Suara.com/Alfat Handri]

Ketika pembangunan, bayangan Fauzi Asni taman burung itu ada pohon di dalamnya, seperti hutan mini. Lalu ditutup dengan jaring sehingga terlihat lebih alami. Namun, setelah selesai bentuknya seperti yang terlihat saat ini.

Saat ini, kata Fauzi, dia belum bisa menjelaskan secara detail anggaran APBD yang digelontorkan untuk membangun taman burung itu.

"Nanti saya cari data pastinya, sekarang Kabid yang membidani itu sedang naik tensinya," jelas Fauzi.

Kendati demikian, kata Fauzi, besar harapannya agar itu menjadi salah satu ikonik wisata di Kabupaten Siak.

Ia pun bercerita upaya dari pihaknya dan kendala yang dihadapi. Fauzi ingin memantapkan kesiapan taman burung itu agar bisa diisi burung.

"Pemerintah tidak bisa mengelola penangkaran burung, maka dari itu kami sudah beberapa kali mengajukan ke pihak BUMD PT Siak Pertambangan Energi (SPE) untuk mengelolanya, namun keuangan menjadi kendala," ungkap Fauzi.

Kata Fauzi, dia memahami kondisi keuangan yang ada di BUMD PT SPE itu, namun dia tak berputus asa untuk membuat taman burung itu benar-benar fungsional.

Ia mendorong ingin membuat koperasi yang bisa mengelola taman burung itu menjadi produktif. Sebab, pemerintah daerah memang tak bisa mengelola penangkaran burung. Harus melalui izin dari BBKSDA.

"Saya sudah menyiasati juga untuk taman burung itu produktif, dengan mendorong membuat koperasi agar bisa dikelola. Tapi memang kondisi keuangan sangat lesu," ungkap Fauzi.

Untuk pembelian burung tersebut, kata Fauzi lebih jauh, selama ini memang belum ada penganggaran khusus dari APBD Siak. Selama ini burung yang ada di dalam taman burung itu hanya swadaya dari orang yang ingin meletakkan burung peliharaannya di taman itu.

"Tak pernah ada penganggaran burung di taman itu. Jadi selama ini hasil dari swadaya saja," kata dia.

4 petugas jaga satu ekor elang
Untuk menjaga seekor elang di taman burung yang dibangun dengan anggaran Rp3 miliar lebih, Dinas Pariwisata Pemkab Siak mengeluarkan anggaran Rp6 juta per bulannya.

Anggaran Rp 6 juta itu untuk menggaji dua petugas kebersihan dan dua petugas keamanan, masing-masing mendapatkan Rp 1,5 juta per bulan untuk 6 jam bekerja. Jadwal kerja mereka dua di siang hari, dan dua malam hari.

Untuk jadwal pagi sampai siang menurut petugas kebersihan dan taman bernama Darwan yang akrab disapa Iwan, adalah dirinya dan Tugiono.

Seekor burung elang yang berada di Taman Burung di Kelurahan Sungai Mempura, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak. Burung tersebut dijaga empat orang petugas. [Suara.com/Alfat Handri]
Seekor burung elang yang berada di Taman Burung di Kelurahan Sungai Mempura, Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak. Burung tersebut dijaga empat orang petugas. [Suara.com/Alfat Handri]

“Saya biasanya membersihkan toilet, memangkas tanaman yang ada di dalam taman, serta menyapu,” ungkap Iwan yang tinggal di Mempura itu.

Iwan menjelaskan hanya ada satu ekor elang yang kini dijaganya bersama temannya yaitu Taher dan Hendri untuk tugas malam. Burung yang dijaga itu adalah seekor elang.

“Sebelumnya ada merpati, jumlahnya beberapa ekor. Namun, beberapa waktu lalu mati satu per satu terkena penyakit,” jelas Iwan.

Setiap ada merpati yang mati, dilaporkan kepada pihak Dinas Pariwisata. Namun, sampai sejauh ini seperti ini kenyataannya.

Dulu direncanakan taman burung ini lengkap dengan dokter hewan dan tempat perawatan. Dengan fasilitas itu, tentu burung di sini akan sehat.

“Namun, sampaikan sekarang belum kesampaian, kami hanya menjaga seekor elang,” sebut Iwan.

Di dalam taman burung tanpa kicauan itu ada kandang kandang tanpa penghuni. Nyamuk bukan main banyaknya. Padahal ada beberapa jenis tanaman di tengah taman.

Dan ternyata elang itu pemberian warga yang menangkapnya saat berburu. Lalu diserahkan kepada petugas taman burung.

Hal itu disampaikan Taher, saat dinas malam. Malam itu Taher duduk sendiri, temannya Hendri belum tiba. Dia sedang menelepon keluarganya.

Taher menyambut dengan ramah dan menceritakan juga sejak mereka bekerja pada 2018 hingga saat ini, tidak ada burung di taman itu.

Beberapa ekor merpati kini sudah mati juga titipan temannya. Merpati merpati itu mati Karen sakit.

“Sempat ada dua perawat burung, laki-laki dan perempuan. Sama seperti kami keduanya dengan gaji honorer. Yang laki laki bernama Johan, sedang yang perempuan saya lupa namanya. Karena tidak ada pekerjaan di sini, mereka dipindahkan ke Tangsi Belanda,” jelas Taher.

Menurut Taher, saat ini yang perempuan bertugas di bagian tiket, yang laki laki keamanan dan taman.

Dulu, jaring atau belat yang menutupi taman burung ini pernah dicuri orang. Makanya sekarang jaring hanya ada di bagian atas sebagai penutup, sedangkan bagian depan kawat jaring dan bagian belakang di tembok.

“Agar jaring dapat rapi dipasang tiang penyangga setinggi 15 meter di beberapa sisi. Jika dilihat dari jauh taman burung ini, mirip lapangan tenis,” ungkap Taher.

Taher juga menunjukkan di bagian depan kanan taman burung yang tanpa burung itu ada tempat jualan tiket yang kosong, ada musala, toilet dan gudang di sebelah kirinya.

Ditanya kenapa harus dijaga, Taher mengatakan karena dia digaji untuk menjaga itu makanya dilaksanakan.

Kontributor : Alfat Handri

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini