SuaraRiau.id - Muhammad Ammar Fathan, bayi malang asal Dusun Merambai, Kampung Teluk Masjid, Kecamatan Sungai Apit, Siak menanggung rasa sakit yang dideritanya.
Bayi 10 bulan itu harus dirujuk ke Rumah Sakit Pusat Nasional dr Cipto Mangun Kusumo (RSCM) Jakarta. Dari hasil diagnosa dokter, Ammar positif menderita Atresia Bilier atau ada gangguan fungsi hati.
Untuk mengobati Ammar, orangtuanya harus mencari uang sebesar Rp 1,75 miliar. Kehidupan yang sederhana membuat orangtua bayi malang itu butuh uluran tangan dermawan.
Hal itu bermula pada 13 Januari 2021 saat Muhammad Ammar Fathan lahir di RUSD Tengku Rafian Siak. Lahirnya Ammar disambut suka cita oleh kedua orang tua nya yakni ibunya Sri Wahyuni (37) dan ayahnya Kaspen Nahar (39).
“Saat Ammar lahir, kami sangat gembira dan bersyukur, tetapi kami melihat kulitnya seperti menguning, dan tidak terlalu terdeteksi apa penyakitnya waktu itu,” kata Kaspen dari Jakarta, Senin (29/11/2021).
Saat Ammar berusia 4 bulan, kondisinya semakin tidak nyaman, sering menangis dan susah makan. Perlahan kulitnya menguning dan menjalar semakin terang di sekujur tubuh.
Kedua orangtuanya kian cemas dan berupaya agar anaknya itu sembuh.
“Apapun kami lakukan, pengobatan tradisional dan medis. Kami bawa lagi Ammar ke RSUD Tengku Rafian Siak. Waktu itu dokter mulai mendiagnosa ada suspek Atresia Bilier, kelainan pada fungsi hati yang diderita Ammar,” kata Kaspen.
Melalui dokter di RSUD Tengku Rafian, Ammar dirujuk ke RS Syafira Pekanbaru. Disana, Ammar divonis positif Atresia Bilier.
“Badan Ammar bewarna kuning perutnya membesar, akibat penumpukan cairan makanan yang tidak bisa diproses dengan baik oleh hati dan empedu,” kata dia.
Tak ingin menyerah dengan keadaan, Kaspen pun meminta rujukan kemana anaknya bisa disembuhkan.
Kemudian, dokter di Rumah Sakit Syafira pun memberikan petunjuk bahwa satu-satunya yang bisa menangani penyakit itu di Indonesia adalah RSCM Jakarta. Pihak RS Syafira pun membantu merujuk Ammar ke RSCM.
“Waktu itu kasus Covid 19 sedang menggila, baik di Pekanbaru maupun di Jakarta, sehingga keberangkatan kami ke Jakarha terpaksa terundur selama 3 bulan lamanya,” kata dia.
Disampaikan Kaspen, waktu itu dokter Ismar menggambarkan kemungkinan biaya penanganan dan pengobatan di RSCM sebesar Rp 1 miliar. Sementara keluarga ini hanya mengandalkan bantuan BPJS Kesehatan, karena ia tidak punya uang sebanyak angka yang diprediksi.
Sebab, Kaspen hanya seorang guru dan istrinya hanya ibu rumah tangga.