Kisah Jurnalis Sarah Price Mualaf usai Tersentuh Kumandang Azan

Perjalanan Sarah Price masuk Islam tidaklah mudah, berulang kali ia diselidiki, ditolak, dipecat dari pekerjaan, kehilangan teman-teman.

Eko Faizin
Senin, 18 Oktober 2021 | 13:51 WIB
Kisah Jurnalis Sarah Price Mualaf usai Tersentuh Kumandang Azan
Sarah Price. [Youtube/Penduduk Langit]

SuaraRiau.id - Perjalanan spiritual setiap orang kadang tak terduga, termasuk hidayah Islam yang dialami seorang jurnalis wanita asal Australia bernama Sarah Price.

Perjalanan Sarah Price masuk Islam tidaklah mudah, berulang kali ia diselidiki, ditolak, dipecat dari pekerjaan, kehilangan teman-teman. Tak hanya itu, ia mendapat tantangan berat dari keluarga.

Keluarga dan kerabat Sarah sulit menerima perubahan Sarah hingga banyak komentar kasar tentang keputusannya tersebut.

Sebagian orang menuding Sarah masuk Islam demi menikah dengan seorang pria yang sangat dicintainya. Mengingat, sebelumnya dia merupakan Kristen taat yang sangat mencintai ajarannya.

Layaknya kebanyakan wanita muslim, Sarah kerap mengenakan pakaian tertutup di sejumlah kesempatan.

Bahkan, dirinya juga menutup kepalanya menggunakan kain yang menyerupai jilbab. Namun, dia selalu mendapat respons tak baik dari orang-orang di sekelilingnya.

Sarah Price menjadi mualaf usai merasa tenang saat mendengar lantunan azan.

Hidayah Islam yang didapat Sarah bermula saat dia datang ke Malaysia untuk menjalani pertukaran pelajaran.

Sebelum tiba di Negeri Jiran, dia mengaku sama sekali asing dan tak tahu menahu tentang ajaran tersebut.

Bahkan pada suatu momen, Sarah mengira Islam merupakan ajaran yang jauh dari peradaban dan terkesan tertinggal.

Namun, asumsinya tersebut berubah drastis saat berkunjung ke Malaysia dan bertemu wanita muslim yang taat beragama namun memiliki pemahaman global yang baik.

Mengutip Hops.id--jaringan Suara.com, Sarah sejak itu mulai tertarik dengan Islam dan pelan-pelan mendalaminya.

Saat pertama Sarah melangkahkan kaki ke suatu masjid di Malaysia, dalam sekejap dia merasa tenang dan damai.

Kumandang azan yang meneduhkan berhasil menyentuh relung jiwanya. Suara azan meluapkan perasaan yang tak pernah dia rasakan sebelumnya.

Sarah mengaku, pengalamannya di Malaysia telah membuat dirinya mengenal Islam dengan cara yang indah. Setelah kembali ke Australia, Sarah merasa ada sesuatu yang hilang.

Lantas, dia mulai meneliti konsep-konsep dalam Kristen. Bahkan, Sarah meneliti berbagai kontradiksi dalam Alkitab. Sarah menyadari, ada kesamaan antara Alquran dan Alkitab.

Yesus merupakan tokoh penting dalam kedua agama. Dalam Islam juga banyak menceritakan kisah Yesus atau Nabi Isa dalam Alquran.

Satu-satunya perbedaan adalah Islam menempatkan Yesus sebagai nabi dan tidak menyembahnya. Kendati sudah menemukan sejumlah jawaban, Sarah belum sepenuhnya yakin untuk berpindah agama.

Sebab, masih ada beberapa hal yang terus dia telusuri dan pelajari. Hingga akhirnya, dia berkesempatan bertemu dan berbincang dengan putri Tun Mahathir Muhammad, yakni Marina Mahathir.

Menurutnya, Marina merupakan sosok muslimah hebat yang menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan dan kemajuan. Pertemuan tersebut yang kemudian membuatnya percaya, wanita muslim tak selayaknya diremehkan.

Marina sendiri pernah mendapat gelar UN Person of the Year 2010. Dia juga merupakan tokoh SIS (Sisters in Islam), penulis, sekaligus pendukung hak-hak perempuan.

Pada akhirnya, Sarah sepenuhnya menyadari, bahwa menuju jalan yang benar tidak selalu mudah. Namun, terlepas dari betapa sulitnya masa-masa itu, Islam membawa rasa damai yang luar biasa dalam hidupnya. Rasa damai itu berhasil membuat Sarah lebih tenang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini