Bakatnya tercium oleh guru olahraganya di sekolah saat 2003. Prestasinya di tingkat pelajar terus diraih hingga bangku SMA.
Puncaknya, diutus untuk mewakili Riau pada pagelaran olimpiade siswa atau O2SN di Jakarta pada 2010.

Namun harapan keluarga seolah pupus saat Leani terlibat kecelakaan sepeda motor pada tahun 2011. Kecelakaan membuat kaki kiri dan tangan kanannya patah.
Ia divonis memiliki keterbatasan permanen. Atas pertimbangan kesehatan, kedua orangtua pun melarang Leani bertanding.
Dibalik keterbatasan fisik, semangatnya tetap menggelora.
"Atri semangatnya lebih tinggi dari pada saya, Atri gak tega lihat saya menangis. Saya melarang, tapi Atri bangkit dengan sendirinya." ujar dia.
Tanpa sepengetahuan orangtua, Leani ternyata terus berlatih di Pekanbaru. Hingga akhirnya terpilih mewakili Provinsi Riau pada ajang Peparnas 2012 silam.
Tak disangka, Leani sumbang medali emas untuk Riau. Orangtua baru tahu Leani masih bermain bulutangkis saat ia menyerahkan medali emas kepada sang ayah.
"Semangatnya gak pernah luntur. Saya tidak izinkan main, tapi Atri semangatnya luar biasa," ujar Mujiran.
Prestasi Leani jadi semangat bagi adik-adiknya yang juga tengah menekuni badminton. Ia boyong adik ke Pekanbaru bergabung di klub untuk berlatih.