SuaraRiau.id - Kasus Covid-19 di Riau mulai menurun, diiringi dengan penurunan status level PPKM. Sejumlah daerah di provinsi berjuluk Bumi Lancang Kuning itupun mulai menggelar pembelajaran tatap muka (PTM), termasuk Kabupaten Siak.
Pembukaan sekolah tatap muka disambut baik orangtua siswa, akhirnya anak mereka bisa belajar tatap muka usai sekian lama lewat sistem daring.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Siak, Lukman mengatakan proses belajar tatap muka sudah bisa dilaksakan oleh sekolah dengan protokol kesehatan yang ketat.
"PTM terbatas untuk SD dan SMP sudah dimulai sejak Selasa (14/9/2021). PTM terbatas ini harus dilakukan dengan prokes yang ketat agar semuanya bisa berjalan dengan lancar," kata Lukman kepada SuaraRiau.id.
Secara teknis, dalam seminggu anak-anak murid bisa melakukan pembelajaran tatap muka sebanyak 2 - 3 kali. Hal itu dikarenakan dalam satu kelas hanya boleh diisi oleh setengah dari jumlah seluruh murid dalam satu kelas.
"Satu kelas itu hanya boleh separuhnya yang boleh belajar tatap muka dari jumlah murid. Dan secara bergantian besoknya. Itu dilakukan sebagai salah satu langkah agar tidak ada kluster di PTM," jelas Lukman.
Memastikan PTM berjalan baik dan lancar, Kadisdik dan Kebudayaan Lukman meninjau SMPN 1 dan SD 01 Siak.
Kadisdik Lukman tiba di SMPN 1 Siak sekitar pukul 08.00 WIB. Ada wastafel di gerbang sekolah. Lukman menyempatkan diri mencuci tangan, sebelum meninjau PTM.
Masuk ke lingkungan sekolah, Lukman bertemu dengan Kepala SMPN 1 Arniza yang sedang berkeliling melihat proses belajar mengajar. Selanjutnya Lukman didampingi Arniza meninjau proses PTM hari pertama.
Di hadapan para pelajar yang jumlahnya 50 persen dari jumlah isi kelas itu, Lukman mengajak untuk mematuhi prokes dengan cara mengenakan masker dan rajin mencuci tangan.
“Tetap menjaga jarak dan jaga kesehatan. Jangan sampai PTM menjadi cluster baru,” pintanya.
Selanjutnya Lukman meninjau Lab Komputer, di dalamnya ada 15 pelajar yang sedang mengikuti assesment secara nasional. Ada 50 pelajar SMPN 1 Siak yang menjadi perwakilan. Tujuannya untuk menguji mutu sekolah. Dan untuk mendapatkan 50 pelajar itu, kementerian memilihnya secara acak.
Guru pembimbing melaporkan kepada Lukman, kendala ada pada jaringan dan beberapa hal lainnya. Namun, masih dapat diatasi. 50 pelajar dibagi menjadi tiga kelompok.
Selanjutnya, Lukman menuju ruang guru, di ruang guru Lukman mengingatkan pentingnya mematuhi prokes. Pastikan siapapun yang pergi ke sekolah dalam keadaan sehat.
“Guru atau pelajar yang flu, batuk, demam, sebaiknya tidak ke sekolah,” kata Lukman.
Agar PTM ini dapat berjalan lancar sesuai harapan, diperlukan kerja sama semua pihak. Mulai dari membatasi interaksi murid.
Masuk kedalam ruang belajar kelas VI, Lukman memastikan semuanya mengenakan masker.
“Saya minta semua dapat disiplin mengenakan masker di mana saja berada. Memang awalnya tidak nyaman, tapi kalau sudah terbiasa merasa tidak enak jika tidak mengenakannya,” ujar Lukman.
Ia sempat berkeliling, bahkan melihat kelas yang dihuni murid kelas I. Begitu ceria murid-murid yang terdiri dari berbagai suku, bangsa dan agama. Lukman ikut gembira menyaksikan situasi itu.
Hanya ada satu kelas yang hanya diisi oleh lima murid, ternyata lima murid lainnya dalam keadaan sakit.
“Memang sudah menjadi aturan, murid yang sakit harus berobat dan istirahat. Ketika sudah sembuh baru ke sekolah,” kata Lukman.
Ditambahkan Lukman, atas kunjungannya di dua sekolah itu, Lukman mengatakan prokes ketat sudah diberlakukan.
“Saya berharap sekolah lainnya melakukan hal yang sama. Mari bersama sama menjaga anak-anak kita agar tetap PTM, dan mematuhi prokes, sehingga terhindar dari Covid-19,” kata Lukman.
Kepala SMPN 1 Arniza mengatakan pihaknya benar benar siap untuk PTM ini. Sebab pelajar memang harus belajar tatap muka, dengan prokes ketat.
“Kami berusaha pelajar merasa nyaman di sekolah, seperti rumah kedua. Sehingga suasana di sekolah benar benar penuh kekeluargaan dan semangat belajar pun muncul,” kata Arniza.
Hal yang tidak jauh beda dikatakan Kepala SD 01 Siak Andrayanti. Baginya, PTM solusi bagi muridnya untuk beradaptasi.
“Kami sudah siap untuk menggelar PTM dengan prokes ketat. Para orang tua menyetujuinya. Kami berusaha memberikan pengawasan maksimal dan mengajar dengan penuh ketulusan, sebab mereka adalah masa depan kita,” kata Andrayanti.
Kontributor : Alfat Handri