Terkait Sanksi Kerumunan Jokowi di NTT, Dokter Tirta: Nggak Relevan

Pria yang juga influencer itu menyampaikan pendapat di akun media sosialnya dengan memerhatikan beberapa hal.

Eko Faizin
Rabu, 24 Februari 2021 | 16:08 WIB
Terkait Sanksi Kerumunan Jokowi di NTT, Dokter Tirta: Nggak Relevan
Dokter Tirta Mandira Hudhi. [Instagram/@dr.tirta]

SuaraRiau.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru-baru ini melakukan kunjungan kerja ke Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi dikerumuni massa.

Kerumunan massa di masa pandemi tersebut lantas menimbulkan kontroversi. Terkait itu, banyak kalangan yang menyoroti kerumunan massa, termasuk Dokter Tirta Mandira Hudhi.

Menurut Dokter Tirta penerapan sanksi kerumunan tak relevan diterapkan pada kasus Presiden Jokowi. Pria yang juga influencer itu menyampaikan pendapat di akun media sosialnya dengan memerhatikan beberapa hal.

Salah satunya kerumunan yang muncul itu spontanitas dan Presiden Jokowi pun sudah edukasi untuk kepada massa untuk mengenakan masker.

“Jokowi itu sejatinya simbol negara, jadi ke mana pun pergi akan menarik massa. Hal ini sebenarnya sudah pernah disampaikan oleh Atta Halilintar, dia mengatakan dok selesai Jumatan kok banyak yang minta foto,” ujar Dokter Tirta dikutip dari Hops.id--jaringan Suara.com, Rabu (24/2/2021).

Menyoroti kerumunan Jokowi di NTT, Dokter Tirta berpandangan Presiden Jokowi sudah menyelipkan edukasinya soal protokol kesehatan dalam kerumunan tersebut.

Jokowi disambut kerumunan massa di NTT. (Instagram @buddycsbarts)
Jokowi disambut kerumunan massa di NTT. (Instagram @buddycsbarts)

“Pak presiden sudah edukasi dan apresiasi, agar tetap memakai masker, karena terlalu banyak (massa) sampai nggak bisa membubarkan. Di salah satu video pun sedan beliau dikerumuni banyak orang,” jelasnya.

Berdasarkan informasi yang diterima Dokter Tirta, ia menyampaikan bahwa Presiden Jokowi tidak mengundang massa untuk berkerumun. Makanya ini jadi pertimbangan soal siapa yang disalahkan dalam kasus kerumunan NTT itu.

“Pak Presiden nggak pernah ajak mereka datang. Tapi ini evaluasi dan refleksi bagi tim protokoler agar hati-hati atur agenda bapak presiden di lapangan,” ujar dr Tirta.

Mengenai sanksi yang diberikan atas kerumunan tersebut, ia berpandangan Presiden Jokowi tidak tepat dikenai pasal tersebut, dengan menimbang berbagai konteks yang ia sampaikan.

“Penerapan sanksi kerumunan nggak relevan diterapkan,” ujar dia.

Sementara itu, Deputi Bidang Protokol Pers dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin turut memberikan penjelasan dan klarifikasi atas terjadinya kerumunan di NTT tersebut.

Ia mengakui bahwa video tersebut saat Jokowi di Maumere dan rombongan tersendat lantaran masyarakat merangsek masuk ke jalan.

“Benar itu video di Maumere. Setibanya di Maumere, Presiden dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Bendungan Napun Gete. Saat dalam perjalanan, masyarakat sudah menunggu rangkaian di pinggir jalan, saat rangkaian melambat masyarakat maju ke tengah jalan sehingga membuat iring-iringan berhenti,” ujar Bey, Selasa (23/2/2021).

Menurut Bey respons yang diberikan masyarakat Maumere adalah spontan lantaran ingin menyambut dan melihat kepala negara. Sehingga Presiden Jokowi pun menyapa dari mobil.

“Jadi sebenarnya, itu melihat spontanitas dan antusiasme masyarakat Maumere menyambut kedatangan Presiden Jokowi. Dan kebetulan mobil yang digunakan Presiden atapnya dapat dibuka, sehingga Presiden dapat menyapa masyarakat, sekaligus mengingatkan penggunaan masker,” tutur Bey.

Di sisi lain, ia juga menyebut dalam momen itu Jokowi keluar mobil untuk mengingatkan warga akan prokes.

“Karena kalau diperhatikan, dalam video tampak saat menyapa pun Presiden mengingatkan warga untuk menggunakan masker dengan menunjukkan masker yang digunakannya,” tambahnya.

Terkait souvenir yang diberikan kepada masyarakat, Bey menjelaskan itu bentu spontanitas Presiden Jokowi. Namun dia menekankan, Presiden Jokowi tetap mengingatkan protokol kesehatan bagi masyarakat.

“Itu spontanitas presiden untuk menghargai antusiasme masyarakat, suvenirnya itu buku, kaos, dan masker. Tapi poinnya, presiden tetap mengingatkan warga tetap taati protokol kesehatan,” sebutnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak