Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Minggu, 27 November 2022 | 12:03 WIB
Ilustrasi banjir rob. [SuaraSulsel.id/ANTARA]

SuaraRiau.id - Banjir rob di Desa Sendanu Darul Ihsan, Tebingtinggi Timur, Kepulauan Meranti, Sabtu (26/11/2022) siang memakan korban jiwa.

Dua bocah berusia empat tahun di wilayah tersebut tewas tenggelam usai terjatuh ke dalam parit saat banjir terjadi.

Korban berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, meninggal dunia ketika sedang diasuh neneknya. Mulanya saat banjir rob terjadi kawasan itu, korban sedang bermain di parit depan rumah neneknya.

Beberapa saat, neneknya tiba-tiba tidak melihat keberadaan cucunya dan berusaha mencarinya sambil berteriak. Namun saat diketemukan, keduanya sudah mengapung di dalam parit yang dipenuhi air pasang laut.

Sontak saja, nenek korban menjerit minta tolong lantaran kedua cucunya diketahui tenggelam. Warga yang mendengar langsung memberikan pertolongan dan membawa korban ke Puskesmas Desa Sungai Tohor.

"Informasi dari warga, kejadian tersebut terjadi pada pukul 12.00 WIB saat air pasang laut naik. Tidak diketahui kejadiannya seperti apa, namun keduanya sudah ditemukan mengapung di dalam parit," ungkap Kepala Desa Sendanu Darul Ihsan, Khaidir dikutip dari Antara, Minggu (27/11/2022).

Diceritakan Khaidir, kedua bocah merupakan saudara sepupu yang sedang bermain di rumah neneknya. Sementara kedua orang tuanya, kata Khaidir, pergi entah kemana saat terjadinya peristiwa itu.

"Kedua orang tua balita tersebut saudara kandung yang bernama Tuti dan Indah, mereka kebetulan bermain di rumah neneknya. Saya juga tidak tahu orang tuanya kemana waktu itu," sebut Khaidir.

Saat ini jasad korban sudah disemayamkan di rumah duka dan akan dikebumikan di pemakaman umum pada esok hari.

"Keduanya akan dikebumikan besok karena harus menunggu ayah salah satu balita tersebut yang bekerja di Malaysia," ujar Khaidir.

Kepala UPT Puskesmas Sungai Tohor, Susi Suherma yang dikonfirmasi mengenai hal tersebut mengatakan nyawa korban tidak terselamatkan.

"Sampainya di puskesmas, keduanya sudah tidak ada hayatnya, tidak bernyawa lagi. Namun dokter yang bertugas tetap melakukan tindakan resusitasi jantung paru (RJP) untuk mengeluarkan air dari dalam tubuhnya dan memberikan oksigen," jelasnya.

Ia mengaku, pihaknya tidak mendapatkan informasi secara detail terkait kronologi dan penyebab tenggelamnya korban. Karena saat korban dibawa ke puskesmas, tidak ada keluarga yang mendampinginya.

"Yang membawa (korban) ke sini warga setempat. Jadi kami tidak dapat banyak informasi terhadap kejadian tersebut," tutur Susi.

Meski begitu, ia mengungkapkan korban meninggal diduga karena lemas dan banyak air yang masuk ke dalam tubuhnya. Menurut dia, hal itu dibuktikan dengan banyak air yang keluar dari hidung dan mulutnya.

"Nyawa korban tak terselamatkan lantaran sudah terlalu banyak meminum air laut," bebernya.

Terpisah, Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP Andi Yul LTG yang mendapatkan informasi itu mengucapkan dukacita kepada keluarga korban. Dari peristiwa ini, ia meminta kepada orang tua agar selalu mengawasi anak-anaknya dan jangan bermain air banjir rob.

"Tolong dijaga anak-anaknya, dan jangan sampai orangtua lalai akan perilaku anaknya ketika melihat air pasang naik. Ini demi untuk keselamatan kita bersama-sama, sehingga peristiwa yang tidak kita inginkan tidak terjadi lagi. Apalagi kasus ini juga sudah terjadi tahun sebelumnya," terang Andi.

Sebagaimana diketahui, sebagian wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti yang berada di bibir laut dilanda banjir rob (pasang air laut) beberapa hari belakangan ini. Parahnya saat di penghujung akhir tahun, karena luapan air makin meluas hingga menggenangi rumah warga dan sejumlah ruas jalan umum serta permukiman. (Antara)

Load More