Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Senin, 02 Mei 2022 | 17:56 WIB
Potret Rektor ITK Professor Budi Santosa Purwokartiko (dok its.ac.id)

SuaraRiau.id - Rektor ITK Budi Santosa belakangan menuai sorotan usai unggahan membahas wanita berjilbab dinilai rasis dan diskriminatif.

Budi Santosa Purwokartiko mendapat banyak kecaman terkait pernyataannya tersebut. Namun, belakangan, Guru Besar tersebut menyampaikan klarifikasi soal postingannya yang viral itu.

Profesor Budi Santosa mengungkapkan alasan kenapa dirinya memakai kata-kata 'manusia gurun'.

Ia menegaskan tak ada niatan dia menyinggung SARA atau merendahkan perempuan berjilbab dengan memilih frasa manusia gurun.

Profesor Budi Santosa merasa postingannya yang berisi frasa manusia gurun dipelintir atau juga banyak yang menambah-nambahi sehingga jauh dari maksud yang ia sampaikan.

Dia mengatakan dalam postingannya itu bercerita, ternyata semua 12 mahasiswi yang ia wawancarai kebetulan tak pakai kerudung.

Pada postingannya, Profesor Budi Santosa tidak menuliskan kerudung tapi menggunakan frasa penutup kepala ala manusia gurun.

"Itu adalah opini pribadi saya ya, tidak sebagai rektor. Maksud saya tidak ingin merendahkan orang yang pakai jilbab atau diskriminasi tidak ada maksud itu, saya hanya bercerita saja kebetulan kok ke-12-nya (mahasiswi) itu nggak pakai kerudung," kata Profesor Budi dikutip Hops.id--jaringan Suara.com, Senin (2/5/2022).

Ia pun menjelaskan kenapa dia menggunakan frasa manusia gurun dalam postingannya. Gegara frasa ini, publik jadi mengencamnya serta menudingnya intoleran diskriminatif.

Profesor Budi mengatakan tidak ada kebencian dalam postingannya itu, meski dia menggunakan manusia gurun.

"Mereka itu sangat salah paham. Saya menggunakan (kalimat) yang jadi masalah kan, mereka tidak ada yang pakai kerudung ala manusia gurun kan ya? Jadi maksud saya tidak seperti orang-orang yang pakai tutup-tutup, kaya orang Timur Tengah yang banyak, pasir, angin, panas gitu ya," katanya.

Profesor Budi berdalih dalam postingannya dia malah mengingatkan mahasiswi yang ia wawancarai untuk berpola pikir jangan sempit gitu, jangan cuma memandang penampakan luar saja bukan substansi yang dikedepankan.

Load More