
SuaraRiau.id - Dokter Spesialis Anak, Bernie Endyarni Medise menyampaikan bahwa orangtua merokok dapat mempengaruhi pemberian asupan gizi pada anak-anak.
Hal tersebut, Bernie katakan dalam diskusi virtual bertema Sosialisasi Pemahaman Hubungan Perilaku Merokok dan Stunting, Kamis (20/1/2022).
“Asap rokok mengganggu penyerapan gizi pada anak dan pada akhirnya mengganggu tumbuh kembangnya,” kata Konsultan Tumbuh Kembang Anak Brawijaya Klinik Kemang, dikutip dari Antara.
Bernie menuturkan pada kasus di Indonesia, ayah yang menjadi perokok aktif dapat mempengaruhi status gizi anaknya menjadi buruk karena menyebabkan pengeluaran per minggu untuk kebutuhan rumah tangga digunakan untuk membeli rokok dibandingkan membeli sumber protein.
Berdasarkan data yang dia miliki, sebesar 22 persen ayah menghabiskan dana untuk membeli rokok, sehingga ibu hanya dapat membeli beras sebesar 19 persen. Padahal, uang yang banyak itu dapat dialihkan untuk membeli makanan berprotein seperti daging dan ikan, biaya kesehatan dan pendidikan.
Kurangnya asupan protein hewani itu kemudian menempatkan anak dalam kondisi kurang gizi sehingga menjadi stunted (kekerdilan) atau wasted (kondisi berat badan anak menurun atau sangat kurang). Sayangnya, hal itu kerap terjadi pada masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
“Ini bisa menyebabkan kerusakan yang tidak dapat lagi diperbaiki. Jadi sifatnya permanen dan ini yang kita takutkan pada stunting,” kata dia.
Semakin besar risiko dan semakin lama anak terpapar asap rokok, dapat memperbesar potensi stunting pada anak. Hal itu turut mempengaruhi IQ anak menjadi jauh lebih pendek dibandingkan dengan anak yang orang tuanya tidak merokok termasuk menyebabkan tinggi badan anak menjadi lebih pendek.
Selain ayah, ibu hamil yang merokok juga menyebabkan janin memiliki risiko gangguan kesehatan seperti lahir dengan berat badan rendah (BBLR), prematur, mengalami kecacatan bawaan hingga kematian.
Pada organ tubuh anak, anak cederung mudah terkena asma, gangguan penglihatan pada matanya mudah terpapar penyakit berbahaya seperti bronkitis dan leukemia serta fungsi kepandaian menjadi menurun.
Berita Terkait
-
Gizi Anak dan UMKM: Bagaimana Produk Lokal Bisa Berkontribusi?
-
27 Persen Anak-anak di Marunda Darurat Stunting, BRI Life Gandeng Rumah Zakat Salurkan PMT
-
Imbas Efisiensi, Pemerintah Kurangi Program Deteksi Anak Stunting
-
Stunting Bukan Takdir! Kenali Penyebab, Bahaya, dan Solusi untuk Anak
-
PNM Intensif Tingkatkan Literasi dan Inklusi Stunting Warga Desa Towale
Tag
Terpopuler
- Sejak Dulu Dituntut ke Universitas, Kunjungan Gibran ke Kampus Jadi Sorotan: Malah Belum Buka
- Maharani Dituduh Rogoh Rp 10 Miliar Agar Nikita Mirzani Dipenjara, Bunda Corla Nangis
- Ditahan Atas Dugaan Pemerasan, Beredar Rekaman Suara Reza Gladys Sebut Mail Syahputra Tolak Transferan
- Kini Ngekos, Nunung Harus Bayar Cicilan Puluhan Juta Rupiah ke Bank
- Maharani Kemala Jawab Kabar Guyur Rp10 Miliar Biar Nikita Mirzani Ditahan: Kalian Pikir Gak Capek?
Pilihan
-
7 Rekomendasi HP 5G Murah Mulai Rp 2 Jutaan Terbaru Maret 2025
-
Sibuk Naturalisasi, Jordi Cruyff Beri Nasihat Membumi untuk PSSI
-
Tabel KUR BRI Terbaru, Pinjaman Rp1 Juta Hingga Rp500 Juta dan Bunganya
-
Setoran Pajak Anjlok 41 Persen di Tengah Kebutuhan Anggaran Jumbo Prabowo
-
Pemain Persib dan PSM Dipanggil Klub Spanyol Osasuna, Bek Persija Absen!
Terkini
-
Didukung BRI, Cokelat Ndalem Sukses Pasarkan Produknya ke Luar Negeri
-
Bukti Dugaan Bagi-bagi Uang Paslon 03 Diserahkan Warga ke Bawaslu Siak
-
Kasus Korupsi Dana Bencana, Eks Kepala BPBD Siak Dituntut 7 Tahun Penjara
-
Mudik Aman Sampai Tujuan: BRI Group Berangkatkan 8.482 Pemudik di Lebaran 2025
-
BRI Group Berikan 100.000 Paket Sembako dan Santunan kepada Anak Yatim Piatu Selama Ramadan