Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Sabtu, 30 Oktober 2021 | 23:46 WIB
Sejumlah warga masyarakat adat Sakai yang tergabung dalam Kelompok Pertanian Terpadu Masyarakat Sakai Pematang Pudu (KPTMS-PP) memperbaiki kolam ikan yang mereka pelihara. [Suara.com/Panji Ahmad]

Areal lahan yang letaknya di Kelurahan Pematang Pudu, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis itu, dimanfaatkan mereka dengan banyak jenis bidang usaha yang digeluti. Mulai dari pertanian jenis cabai, timun, gambas, pinang, buah-buahan hingga sayur mayur.

Lalu ada juga peternakan ayam pedaging, bebek dan ayam kampung. Pun dengan kolam-kolam yang dibuat seluas empat hektare, mereka memanfaatkan itu untuk ternak ikan emas, lele, nila, patin dan gurami. Semuanya digeluti bersama-sama, seperti pola yang diterapkan Mus Mulyadi; gotong royong.

"Kita kerjanya bersama-sama, dulu ini merupakan inisiatif dari beberapa warga. Awalnya itu kami ternak lele di kolam 10x10 meter, setelah itu dilirik perusahaan migas, dibantu gali kolam, diberi pelatihan, pendampingan, dibantu bibit hingga pakan sampai kami berhasil," ungkapnya.

Aktivitas yang dijalani pria keturunan suku asli Riau dan kelompoknya ini merupakan investasi sosial PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), anak usaha BUMN PT Pertamina (Persero).

Baca Juga: Kisah Orang Sakai Lulusan S2 Jerman, Hapus Stigma Terasing dan Tertinggal

Awalnya, mereka memang lebih dulu dapat pembinaan PT Chevron Pacific Indonesia, tapi sejak alih kelola wilayah kerja Rokan atau Blok Rokan, warisan masyarakat berdaya ini jadi komitmen PHR untuk ditingkatkan supaya lebih berkembang.

Mus Mulyadi bercerita, selain modal usaha, Warga Sakai yang tergabung dalam kelompok pertanian terpadu juga diberikan ilmu yang mumpuni, mulai dari pelatihan manajemen hingga praktek lapangan.

Umumnya, masyarakat yang diambil untuk bergabung dalam kelompok tani binaan Pertamina yaitu warga kurang mampu, pemuda Sakai yang pengangguran hingga yang putus sekolah.

"Jadi nilai positifnya bagi sakai, kami mengenal cara tani yang menetap, merawat ikan dan berternak yang benar. Berkat pembinaan ini, kemandirian itu muncul sampai sekarang," kata Mus.

Saat-saat jaya, Mus menyebut, dalam sebulan, satu anggota kelompok pertanian terpadu Sakai bisa meraup pendapatan hingga setara UMR, bahkan kadang-kadang lebih.

Baca Juga: Innalillahi, Tokoh Sakai Riau Mohammad Yatim Meninggal Dunia

"Dari segi masa panen kita bervariasi ya, sekarang lagi turun penghasilan sejak bencana 2017 itu. Tapi kami optimis di Desember 2021 ke atas nanti pendapatan bakal naik, sebab sudah dirancang dengan baik. Kalau dulu 2016 ke bawah, itu pendapatan tinggi sekali, bahkan kelompok kami sampai dapat Rp 40 juta bersih per bulan," jelasnya.

Dalam waktu sebulan, ia mengungkapkan ada puluhan kelompok tani yang jumlahnya terus bertambah, bisa meraup gaji Rp 1 juta hingga Rp 3 juta.

Kelompok pertanian terpadu Masyarakat Sakai ini, awalnya pada tahun 2013 berjumlah sekitar enam orang, kemudian bertambah jadi delapan orang, lalu 21 dan saat-saat berjaya pada medio tahun 2016 beranggotakan hingga 60 orang.

Dari banyaknya anggota kelompok masyarakat Sakai yang memanfaatkan lahan perladangan ini, rumah tangga mereka turut terbantu dari pendapatan hasil pertanian dan perikanan yang dibina PHR.

"Para anggota sampai bisa beli motor dari hasil ini, pendapatannya besar saat itu. Kalau sekarang ini ilmu sudah dapat, dan saya pribadi siap mengabdi untuk suku Sakai dalam mengembangkan pemberdayaan Pertamina ini di wilayah perbatinan Sakai lainnya," tuturnya.

Aset agraria ini menjadikan masyarakat Suku Sakai, yang tergabung dalam kelompok pertanian terpadu masyarakat Sakai Pematang Pudu, berdaya dan maju.

Load More