Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Selasa, 05 Oktober 2021 | 16:57 WIB
Sujiwo Tejo - (Instagram/@president_jancukers)

SuaraRiau.id - Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma kembali menjadi sorotan usai video marah-marahnya ke anak buah di Gorontalo tersebar, bahkan sempat sempat trending topic.

Tindakan Menteri Risma pun kemudian memunculkan pro dan kontra. Bahkan, budayawan Sujiwo Tejo ikut menanggapi apa yang dilakukan Mensos Risma.

Dalam cuitannya di Twitter, Sujiwo Tejo menulis komentar satir. Menurutnya jangan cuma Risma memarahi bawahannya.

Sujiwo Tejo lalu mendorong media menampilkan momen Risma yang memarahi Presiden Jokowi, Menteri Luhut dan Menteri Mahfud atau yang lainnya.

Jika demikian, kata Sujiwo Tejo, akan menunjukkan bahwa Risma tak pandang bulu memarahi siapa saja yang kerjanya tidak sesuai.

“Mbok media jangan cuma posting Bu Risma saat marah2 ke bawahan. Posting juga dong saat Mensos mantan Walkot Surabaya ini marah2 ke Pak Jokowi, ke Pak Luhut, Pak Mahfud dll.. siapa tahu ada dan banyak (?). Agar tidak terkesan bhw beliau beraninya cuma sama bawahan. Pers harus adil,” tulisnya pada Minggu (3/10/2021).

Mengutip Hops.id--jaringan Suara.com, pernyataan Sujiwo Tejo kemudian mendapat serangan netizen yang menanyakan konteks alasan Bu Risma memarahi bawahannya.

“Dengan HORMAT bpk Sudjiwo, Apakah anda sudah tau apa yg mngakibatkan Bu Risma marah ke bawahannya ?? Sy yakin anda cerdas, bisa baca berita & bisa menyimpulkan dgn bijak,” tulis akun Twitter @John_Banting02.

Melihat itu, Sujiwo pun merasa cuitannya soal Risma marahi Jokowi Luhut Mahfud telah dipelintir oleh berbagai media sehingga kehilangan konteksnya.

“Dgn hormat John Banting, Sy yakin “anda” cerdas, bisa menyimpulkan dgn bijak isi twitku .. bukan twitku yg ud digoreng oleh media : 1) apakah di situ aku ngurusi sebab2 kemarahan ? 2) yg kuurusi adalah frekuensi kemarahan dan obyek yg dimarahi dan pers yg mungkin tak adil,” kata dia.

Lebih lanjut, Sujiwo pun mengulas sedikit soal satir Risma marah kepada atasan. Menurutnya bawahan marahi atasan itu ada logikanya.

Sebab, ujar dia, atasan itu juga seorang manusia, yang suatu saat ada salahnya. Makanya logis bawahan marahi atasan.

“Bawahan memarahi atasan bahkan di depan umum itu ada logikanya, Cuuuk,” tulis Sujiwo Tejo dalam cuitannya.

Presiden Jancuckers itu lalu mencontohkan beberapa kyai kenalannya di daerah Jawa, santai saja saat dimarahi santrinya di depan umum.

“Kyai2 itu.. di Tulungagung, Jombang, Magelang dll membiarkan dirinya dikritik/dimarahi/dilok2no santrinya di depan umum agar sbg kyai dia terus-menerus belajar ..bhkan tak sedikit kenalanku kyai2 itu menghidupi keluarga si juru marah/maido/Lambe turah itu,” terang Sujiwo Tejo.

Sedangkan dalam kisah pewayahan dan sejarah pun ada juga tokoh elite yang dimarahi bawahannya.

Misalnya kejadian raja terakhir Majapahit, Prabu Brawijaya V yang kerap dimarahi pembantunya, Sabdo Palon Noyo Genggong.

Load More