Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Rabu, 04 Agustus 2021 | 08:21 WIB
Penari tampil dalam pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 di Stadion Nasional, Tokyo, Jepang, Jumat (23/7/2021). [ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan]

SuaraRiau.id - Penyelenggaraan Olimpiade Tokyo, Jepang ternyata mendapat reaksi kemarahan dari warga setempat lantaran adanya lonjakan kasus Covid-19.

Mereka bahkan berunjuk rasa di depan kantor Perdana Menteri Yoshihide Suga belum lama ini. Warga meneriakkan seruannya dalam demonstrasi tersebut.

“Nyawa lebih penting daripada medali!” kata para demonstran dikutip dari Terkini.id--jaringan Suara.com.

Kai Koyama, salah satu peserta aksi mendesak Perdana Menteri Suga agar menghentikan Olimpiade dan fokus menangani pandemi Covid-19 di Jepang.

“Saya sangat marah,” ujar Koyama kepada AFP, Senin (2/8/2021).

“Kami berada dalam situasi darurat. Orang-orang sekarat setiap hari, tetapi Olimpiade masih berlangsung,” sambungnya.

Lebih lanjut, Koyama mengaku terkejut lantaran penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 malah mengabaikan penentangan publik. Ia lantas menyebut mereka ‘anti demokrasi dan diktator’.

Meski Olimpiade Tokyo 2020 digelar dengan menerapkan protokol kesehatan ketat dan melarang penonton ke arena, tidak cukup membuat orang patuh.

Menurut Koyama, pesta olahraga itu mengirim pesan yang salah dan mendorong orang untuk melanggar pembatasan sehingga berisiko terinfeksi virus corona.

Koyama yang juga seorang seniman, menyalurkan kekesalannya dalam sebuah pameran seni yang diberi nama ‘Deklarasi untuk Akhiri Olimpiade’.

Pameran itu sendiri menyatukan karya-karya seniman yang menentang Olimpiade itu. Salah satu patung yang ada di pameran itu bertemakan ‘Reruntuhan’.

Karya itu mendeskripsikan cincin Olimpiade, karangan bunga daun zaitun dan tangan yang ditutupi pasir berwarna pucat.

“Ada atlet yang tampil dengan keterampilan luar biasa, dan orang-orang senang menonton, dan saya pikir itu luar biasa. Tapi orang-orang menganggap remeh ancaman virus corona,” beber seniman lain, Sachiko Kawamura.

Load More