Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Sabtu, 31 Juli 2021 | 19:34 WIB
Tim Manggala Agni Daops Siak temukan ular jenis Sanca tewas terpanggang akibat karhutla di Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak, Riau. [Dok Manggala Agni]

SuaraRiau.id - Kebakaran hutan dan lahan atau karhutla tak hanya mencemari udara lantaran asap yang membumbung di langit.

Karhutla Riau juga membuat satwa yang ada di dalam hutan kehilangan habitat, bahkan mati akibat kehabisan oksigen atau terpanggang.

Sudah sering terjadi beberapa hewan liar menjadi korban karhutla. Baru-baru ini, akibat karhutla Siak, kura-kura dan ular sanca yang ditemukan terbakar hidup-hidup.

Hewan tersebut ditemukan tim Manggala Agni Daops Siak VI/ Siak mati terpanggang. Ular tersebut ditemukan saat tim sedang melakukan moping up dari sisa-sisa api kecil, Sabtu (31/7/2021).

Tidak hanya ular sanca, tim juga menemukan seekor Kura-kura yang turut mati terpanggang akibat kebakaran hutan dan lahan di Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak.

"Kemarin Jumat kami dapati kura-kura mati terpanggang saat kami melakukan sekat agar api tak meluas. Tadi saat memasuki areal tengah untuk moping up api kecil kami temukan lagi ular Sanca yang sudah tewas," kata Kordinator Pemadam (Kordam) Manggala Agni Daops Siak, Joko Susilo.

Ular Sanca berukuran kurang lebih 3 meter itu didapati sedang melintang menuju kearah tepian areal yang tidak terbakar.

"Mungkin dia berusaha lari dari panasnya api karhutla kemarin," Joko menduga.

Sementara itu, Humas Manggala Agni Daops Siak Sutrisno mengaku sedih atas peristiwa banyaknya satwa liar yang mati akibat kebakaran hutan dan lahan.

Kejadian seperti ini, sambung Sutrisno, bukan baru kali ini terjadi di Siak. Setiap kebakaran hutan dan lahan selalu saja ada binatang yang mati terpanggang api.

"Hari ini ular sama kura-kura, kejadian serupa juga pernah terjadi di karhutla sebelum-sebelumnya, ular dan seekor rusa yang turut terpanggang, sedih kita melihat ini," kata Sutrisno kepada SuaraRiau.id.

Sutrisno berharap, seluruh masyarakat menyadari bahaya dari kebakaran hutan dan lahan. Sebab, bukan hanya polusi udara dan kerusakan alam saja, namun rusaknya mata rantai ekosistem satwa liar.

"Kami berharap tidak ada lagi kebakaran hutan dan lahan dan kita semua lebih mencintai alam," pinta Sutrisno.

Kontributor : Alfat Handri

Load More