SuaraRiau.id - Mantan Kepala Desa Lukit, Kecamatan Merbau, Kepulauan Meranti, Edi Gunawan divonis hukuman 2 tahun 10 bulan penjara oleh Pengadilan Negeri Pekanbaru, Senin (6/3/2023) lalu.
Edi Gunawan juga didenda uang pengganti sebesar Rp50 juta lantaran terbukti melakukan tindak pidana korupsi dana desa.
Diketahui, terdakwa sebelumnya sempat viral usai pamer tidur dengan tumpukan uang di sebuah kamar hotel.
Kasubsi Pidsus Kejari Pekanbaru, Jenti yang juga merupakan Jaksa Penuntut Umum (JPU) menerangkan bahwa amar putusan hakim kepada terdakwa sedikit lebih ringan dari tuntutan yang mereka ajukan.
Pihaknya menilai jika putusan tersebut masih tergolong wajar, karena putusan kurungan oleh hakim lebih ringan dua bulan dari tuntutan mereka.
Sementara jumlah uang pengganti dalam putusan sama dengan tuntutan yang diajukan.
Hanya saja, kata dia, selisih pada putusan denda dari Rp100 juta dan satu bulan kurungan menjadi 50 juta subsider satu bulan kurungan.
"Walaupun pasal yang dibuktikan jaksa sama dengan yang dibuktikan hakim, namun putusan sedikit lebih ringan. Karena, tuntutan yang penuntut ajukan itu tiga tahun kurungan. Walaupun demikian putusan hakim masih dianggap wajar," jelas Sri Madona dikutip dari Antara, Sabtu (11/3/2023).
Dalam amar putusan itu, terdakwa Edi Gunawan dinyatakan terbukti bersalah karena telah terbukti tindak pidana korupsi, sebagaimana Dalam Dakwaan Kesatu Subsider Penuntut Umum Pasal 3 Jo Pasal 18 UU RI Nomor 31 Tahun 1999 dan perubahannya UU RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.
"Terdakwa dijatuhi hukuman kurungan 2 tahun 10 bulan dikurangi masa tahanan. Selain itu ia juga didenda sebesar Rp50 juta dengan ketentuan, apabila denda tersebut tidak dibayarkan oleh terdakwa maka dia harus menjalani pidana satu bulan kurungan," bebernya.
Panutan amar putusan juga menetapkan terdakwa untuk membayar uang pengganti sebesar Rp341.689.415. Jika uang pengganti tidak dipenuhi dalam jangka waktu satu bulan pasca putusan inkrah, maka harta benda terdakwa akan disita dan dilelang.
"Jika pasca lelang harta benda terdakwa tidak mencukupi untuk membayar uang pengganti, maka dia harus menjalani pidana tambahan penjara selama sepuluh bulan," bebernya.
Diberitakan sebelumnya, mantan Kepala Desa Lukit, Edi Gunawan ditahan aparat kepolisian Polres Meranti.
Edi terindikasi melakukan tindak pidana korupsi Anggaran Dana Desa (ADD) tahun 2015, dan diamankan pada Jumat tanggal 9 September 2022 lalu.
Kapolres Meranti, AKBP Andi Yul LTG didampingi Kepala Satuan Reskrim AKP Arpandy dan Kanit III Tipidkor Iptu Jimmy Andre, dalam mengungkapkan pada 2015, Desa Lukit Merbau, Meranti menerima anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) tahap I sebesar Rp1.100.336.700.
Dikatakan Kapolres, dalam kasus tersebut ditemukan kerugian negara sebesar Rp341.689.415. Adapun rinciannya yakni pertanggungjawaban realisasi belanja yang tidak dilaksanakan senilai Rp188.195.850, kelebihan bayar pada belanja senilai Rp121.493.800, pemahalan harga pada belanja (mark up) Rp3.050.000 dan pajak belum dipungut dan disetor senilai Rp28.949.765.
"Berdasarkan laporan hasil audit tanggal 5 Agustus 2022 terhadap perhitungan kerugian negara dalam dugaan penyalahgunaan wewenang pengelolaan APBDes tahap I Desa Lukit, ditemukan kerugian negara sebesar Rp341.689.415," ungkap Kapolres Andi, Selasa (13/9/2022)
Sebelumnya, mantan Kepala Desa Lukit ini viral di media sosial dengan perbuatan yang dilakukannya. Edi mengunggah sebuah foto kontroversi di media sosial pada 4 Agustus 2015.
Dia berfoto bersama tumpukan uang yang tersusun rapi di atas kasur di sebuah kamar hotel. Uang tersebut diduga merupakan uang ADD terdiri dari pecahan uang senilai Rp50.000 dan Rp100.000. Ia kemudian menghapus foto tersebut pada hari itu juga setelah banyak yang mengkritiknya.
Saat diwawancarai, Edi mengaku bahwa perbuatannya itu dilakukan dengan sadar. Adapun uang yang dikorupsi itu diakuinya digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
"Benar saya yang tidur dikelilingi uang itu, itu saya lakukan antara sadar dan tidak. Uang itu saya gunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari," aku Edi. (Antara)