SuaraRiau.id - Menurunnya permintaan dan timbulnya tekanan penjualan (distress selling) oleh produsen utama minyak sawit dunia, menyebabkan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di Indonesia turun.
Melansir Wartaekonomi, dalam perkiraan konsultan komoditas yang berbasis di London, LMC International pada Selasa, (26/7/2022), harga CPO di Bursa Malaysia naik ke rekor tertinggi pada awal tahun ini.
Hal ini lantaran adanya invasi Rusia ke Ukraina dan larangan ekspor sementara oleh Indonesia yang berakibat pada ketatnya pasokan minyak nabati global.
Kendati larangan ekspor CPO dan turunannya telah dicabut, ekspor Indonesia belum kembali ke level normal karena pemerintah mewajibkan perusahaan minyak sawit untuk menjual sebagian dari hasil produksinya di dalam negeri sebelum memperoleh persetujuan ekspor dalam upaya mengendalikan harga minyak goreng sawit di tingkat domestik.
Baca Juga:China Siap Beli 1 Juta Ton CPO Indonesia, Menko Luhut: Terima Kasih Presiden Xi Jinping
Hal ini menyebabkan lonjakan stok dan penurunan harga.
Diungkapkan konsultan LMC International Wilayah Asia Tenggara, Julian McGill, harga minyak sawit mentah domestik Indonesia juga melemah akibat kelebihan pasokan yang melimpah dan kesulitan untuk memulai kembali ekspor.
Bahkan, pekan lalu, Pemerintah Indonesia juga tengah mempertimbangkan untuk menghapus kebijakan DMO dan DPO lantaran tingginya pasokan CPO di tingkat domestik sehingga menahan laju pemulihan harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit petani.
"Tanda adanya penurunan itu terlihat dari menurunnya permintaan dan adanya musim produksi puncak di Indonesia yang akhirnya akan membebani pasar," katanya dilansir The Edge Markets, dalam sebuah konferensi di Malaysia.
Baca Juga:Kementerian ESDM Uji Jalan Mobil Diesel Berbahan Bakar B40