Strategi Berpolitik PSI Bisa Jadi Bumerang, Ini Penjelasan Lengkap Pengamat

Giring dalam beberapa waktu terakhir kerap mengkritik kinerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, terutama terkait dengan proyek Formula E.

Eko Faizin
Selasa, 25 Januari 2022 | 07:15 WIB
Strategi Berpolitik PSI Bisa Jadi Bumerang, Ini Penjelasan Lengkap Pengamat
Ketum PSI Giring Ganesha di Surabaya [SuaraJatim/Dimas Angga]

SuaraRiau.id - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang memakai politik identitas jadi strategi dalam berpolitik bisa menjadi bumerang bagi keberlangsungan partai.

Pernyataan tersebut disampaikan pengamat politik Universitas Paramadina A Khoirul Umam.

Ia kemudian mendorong PSI, terutama ketua umumnya, Giring Ganesha bisa memberi kritik-kritik yang membangun daripada menyampaikan sindiran dan serangan vulgar kepada lawan politiknya.

"Giring sebagai Ketum PSI merasa serangannya terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bisa menghasilkan insentif elektoral dengan mengungkit isu politik identitas dan mengkritik tajam kinerja pemerintahan DKI Jakarta. Namun, PSI dan Giring perlu mengantisipasi lebih cermat gaya serangan yang vulgar dan tidak simpatik itu berpotensi jadi bumerang bagi partainya," kata Umam dikutip dari Antara, Senin (24/1/2022).

Diketahui, Giring dalam beberapa waktu terakhir kerap mengkritik kinerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, terutama terkait dengan proyek Formula E.

Dalam pidato politiknya saat HUT Ke-7 PSI tahun lalu, dia juga menyampaikan siap jadi oposisi untuk politisi yang dia nilai intoleran dan punya rekam jejak menggunakan isu SARA saat pemilihan kepala daerah.

Meskipun Giring tak menyebut langsung sosok itu, publik berspekulasi sindiran Giring tertuju kepada Anies.

Terkait gaya kritiknya itu, Umam menilai ada dua ancaman yang berpotensi akan dihadapi oleh PSI.

"Pertama, ancaman hijrahnya simpatisan politik PSI. Kedua, (langkah itu dapat) menurunkan citra kualitas kinerja PSI di bawah kepemimpinan yang baru ini," kata Umam.

Ia menambahkan bahwa gaya kritik PSI dan Giring terhadap lawan politiknya juga dapat membentuk sentimen negatif dari publik serta memunculkan kesan "kurang dewasa" dari para simpatisan partai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini