SuaraRiau.id - Video YouTube yang memperlihatkan Presiden RI kedua, Soeharto membicarakan soal bahaya produk asing di perdagangan bebas pada 2020 viral.
Dalam video berjudul "SUBHANALLAH.! Kini Baru Viral Yg Diucapkan Bpk Soeharto 25th Lalu Kini Terbukti Jadi Kenyataan..." itu, Soeharto tampak memberikan sambutan dalam acara temu wicara dalam acara Kirab Remaja Nasional.
Dalam kesempatan tersebut, kala itu Soeharto berpesan kepada peserta Kirab Remaja tahun 1994 itu untuk menjadi kader-kader yang mempersatukan bangsanya.
“Kalau sudah mencintai tanah airnya tidak akan melepaskan tanggung jawabnya sebagai pemuda untuk dapat mengabdikan dirinya kepada negara dan bangsa,” ujar Soeharto dalam video yang diunggah Youtube Redaksi Islam pada Rabu, 29 September 2021.
Soeharto juga menyinggung soal era perdagangan bebas pada tahun 2020. Makanya menurut Soeharto, pemuda harus mempersiapkan diri menghadapinya.
“Lebih-lebih dalam menghadapi globalisasi yang sekarang kita akan melakukan liberalisasi perdagangan bebas untuk negara-negara berkembang di tahun 2020. 25 tahun lagi,” ungkap dia ketika itu.
Soeharto mengungkapkan bahwa anak-anak harus dipersiapkan lantaran mereka saat sudah dewasa akan ada di era perdagangan bebas. Lantas, ia mengajak semua pelajar untuk mencintai produk sendiri.
“Anak-anak pelajar sekarang harus disiapkan benar-benar untuk mencintai tanah air, mencintai produk dalam negeri,” tutur Soeharto.
Menurutnya, hal itu akan membuat bangsa Indonesia pada tahun 2020 bisa menghadapi tantangan globalisasi atau persaingan perdagangan.
“Tapi jika kita kalah bersaing, produk luar negeri membanjiri kita, maka para pemuda yang hidup di tahun 2020 menjadi benteng mempertahankan kelangsungan hidup dan bangsa,” sebut Soeharto.
Ia mengingatkan jangan sampai nanti negara hancur karena kurang mencintai tanah air.
“Kalau pemuda kita kesemsem produk murah dan baik, tapi hasil dari luar negeri, hancur daripada bangsanya,” sambung dia.
Hal itu, kata Soeharto, membuat produk sendiri tak ada yang membeli. Kemudian pabrik ditutup dan karyawan tak bisa makan.
“Kenapa? Soalnya produknya (Indonesia) nggak ada beli. Kalau tak ada yang membeli pabriknya tutup. Lantas banyak orang tak bisa bekerja, tidak bisa makan,” ulas Soeharto.