Saat ini, menurutnya, produksi sawit dari pohon terbilang normal setelah melewati fase trek atau menurutnya jumlah panen.
Ia yang memiliki 2 hektare saat ini mampu menghasilkan sekitar 1,8 ton. Sehingga jika dikali dengan harga sawit sekarang, cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dua pekan ke depan.
"Memang harga dari pemerintah dan agen beda, tapi kita syukuri sebab ada kenaikan yang cukup signifikan," katanya.
Terpisah, Ahmad Arifin, petani lainnya juga mengalami hal yang serupa. Ia yang bergantung hidup dari hasil sawitnya itu akhirnya merasakan angin segar.
"Alhamdulillah harga sawit naik. Kalau di tengah situasi pandemi ini, kita patut bersyukur sebab ekonomi lagi sulit, tapi kita masih dapat berkah dari sawit," ungkapnya.
Ia merincikan, bahwa dalam satu hektar, buah sawit yang dikelola masyarakat biasanya bisa mendapatkan sekitar 700 kilogram, namun kalau sedang masa trek hanya bisa sekitar 500 kilogram.
Saat ini, sawit warga yang berada di wilayah Duri, Kabupaten Bengkalis ada yang masa trek dan normal. Sebab hal itu tidak merata tergantung kualitas bibit.
"Kalau punya saya saat ini trek, tapi tidak terlalu parah. Dengan harga yang tinggi, lumayan bisa mengimbangi," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat ME Manurung mengatakan kenaikan harga sawit kali ini merupakan tertinggi dalam sejarah.
Bahkan sejak Indonesia Merdeka baru kali ini harga kelapa sawit mencapai Rp 2.762 per kilogram.