Di tengah perkara, Komnas PA Riau sedikit mengalami permasalahan, oknum bidan tersebut sudah tidak kooperatif dengan melapor ke Dinas Sosial, bahkan mempertanyakan keabsahan dari Komnas PA Riau dalam melakukan pengungkapan kasus tersebut.
"Dia (oknum bidan) datang sendiri ke Dinas Sosial, dan kembali mempertanyakan keabsahan saya, padahal dari awal sudah kami jelaskan. Sampai dia bersikeras kalau saya akan dipanggil Dinas Sosial," jelasnya.
Perkara ini juga sebelumnya telah dimediasi oleh pihak Denpom TNI Jalan Ahmad Yani, orangtua kandung dipertemukan dengan pengacara Calon Orang Tua Asuh (Cota).
Pertemuan ini mengingat bahwa oknum bidan tersebut merupakan istri anggota TNI yang bertugas di wilayah Pekanbaru.
Pertemuan tersebut juga tidak membuahkan hasil, lantaran pengacara dari Cota meminta uang tebusan sejumlah Rp 100 juta dan ini di luar kemampuan orangtua kandung.
"Nah ini yang patut dipertanyakan, atas dasar apa pengacara itu meminta uang Rp 100 juta dan berdalih uang tersebut untuk biaya perawatan anak," pungkasnya.
Setelah melalui proses panjang selama 4 bulan, akhirnya diketahui yang mengadopsi anaknya tersebut dan dilakukan mediasi di Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Rumbai, Selasa, 20 April 2021.
Dari hasil mediasi antara Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Riau dengan Dinas Sosial, Direktorat Kriminal Umum (Ditkrimum) Polda Riau, orangtua kandung (KR), orangtua asuh di ruang rapat BRSAMPK Rumbai, orangtua asuh sepakat mengembalikan anak laki-laki tersebut ke KR.
Namun sebelum diterima KR, FW (anak laki-laki) dititipkan terlebih dahulu di Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK) Rumbai sampai adanya putusan pengadilan.
Komnas Perlindungan Anak juga berharap Polda Riau mengusut tuntas kasus human trafficking ini sampai adanya penetapan tersangka.