SuaraRiau.id - Minuman khas dari Riau ini memiliki nama yang cukup menyeramkan. Namun siapa sangka, rasa minuman yang satu ini rupanya sangat lezat, apalagi sebagai menu berbuka puasa.
Minuman dingin khas Bumi Lancang Kuning ini ternyata mudah dibuat dan tak segarang namanya. Es Laksamana Mengamuk dibuat dari bahan utama mangga, kelapa muda, selasih dan santan.
Usahawan kuliner dari Duri, Riau, Annisa membagikan tips dan cara pembuatannya. Cukup sediakan bahan-bahan yang diperlukan, maka Es Laksmana Mengamuk siap dihidangkan untuk berbuka puasa. Berikut cara pembuatannya :
Bahan-bahan:
- 2 buah mangga kuini, kupas dan potong dadu
- 1 buah kelapa muda, ambil dagingnya
- 1 sdm selasih, rendam dengan air panas secukupnya
- es batu secukupnya
- 200 gr gula pasir
- 200 ml air
- 1/2 sdt vanili bubuk
Bahan Kuah:
- Kelapa muda
- 700 ml santan cair
- 1/2 sdt garam
- 1 sdt gula
- 2 lembar daun pandan
Adapun cara pembuatannya, mula-mula masak santan terlebih dahulu hingga hangat. Kemudian masukan semua bahan pembuatan kuahnya dan masak sambil diaduk-aduk agar santan tidak pecah. Jika sudah panas maka matikan.
Kemudian campurkan semua bahan isian dan tuang kuah secukupnya ke dalam sebuah wadah. Dan terakhir tambahkan es batu secukupnya di atas.
Es laksamana mengamuk siap disajikan dan dinikmati dingin dan segar untuk berbuka puasa.
Namun siapa sangka, dari namanya memang cukup unik ini, ada cerita rakyat yang diduga jadi asal mula nama es yang legendaris ini.
Annisa, pemilik usaha makanan dan minuman yang merupakan warga Melayu asli Riau ini bercerita, bahwa makna nama es ini berasal dari sebuah cerita rakyat.
Konon dahulu ada seorang laksamana di sebuah desa. Istrinya dibawa kabur oleh seorang tuan tanah yang memiliki kebun kuini yang cukup luas. Laksamana itu pun mengamuk di kebun kuini milik tuan tanah itu.
Dia menebaskan pedangnya pada pohon-pohon kuini itu. Buahnya pun berjatuhan. Namun tidak ada warga desa yang berani mendekat kala itu. Usai melampiaskan kemarahannya, sang laksamana pun kembali pulang, dan membiarkan buah kuini yang berjatuhan itu.
Setalah laksamana pulang, warga pun berbondong-bondong datang untuk mengambil kuini-kuini yang berjatuhan tadi. Namun karena banyaknya kuini, warga bingung harus dijadikan apa kuini yang rusak karena jatuh ke tanah itu.
Salah seorang wanita, kemudian memotong kecil-kecil buah kuini, dan mencampurnya dengan santan dan gula. Dia pun membagikannya pada warga desa, dan mereka sangat menyukainya.
"Mereka kemudian memberi nama minuman itu dengan sebutan Laksamana Mengamuk," tuturnya.
Kontributor : Panji Ahmad Syuhada