Gajah Masuk Kebun Sawit Warga di Kuansing, BKSDA Turun Tangan

Kawanan gajah sumatera itu datang dari wilayah Taman Nasional Teso Nilo (TNTN).

Eko Faizin
Selasa, 06 April 2021 | 11:40 WIB
Gajah Masuk Kebun Sawit Warga di Kuansing, BKSDA Turun Tangan
Kawanan gajah liar rusak kebun sawit milik warga di Desa Teratak Rendah, Kecamatan Logas Tanah Darat, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing). [Ist/Dok Riauonline]

SuaraRiau.id - Sebanyak 18 gajah liar yang masuk ke kebun warga Kuantan Singingi (Kuansing) mulai digiring ke hutan oleh Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam atau BBKSDA Riau.

Hal ini dilakukan untuk untuk mengantisipasi adanya konflik antara masyarakat dan satwa yang dilindungi tersebut.

"Kini Tim BBKSDA Riau masih berada di tiga desa yang menjadi perlintasan gajah tersebut. Kita juga melakukan mitigasi dan bersinergi bersama masyarakat untuk upaya penggiringan gajah kembali ke habitatnya," kata Kepala Bidang BBKSDA Riau, Andri Hansen Siregar dikutip dari Antara, Senin (6/4/2021).

Disampaikan Hansen, sambil menunggu kesepakatan, saat ini masyarakat juga masih melakukan penjagaan di kebunnya masing-masing.

Kalau malam mereka membuat api unggun untuk menghalau gajah tersebut agar tidak masuk ke kebun mereka.

Aktivitas tim tersebut dilakukan terkait kawanan gajah liar yang berjumlah 18 ekor masuk ke perkebunan warga di wilayah Kuansing.

"Kawanan gajah tersebut pertama kali diketahui masuk ke permukiman masyarakat pada Kamis (1/4/2021), mengakibatkan banyak tanaman warga rusak dimakan satwa dilindungi itu," katanya.

Kawanan gajah sumatera itu datang dari wilayah Taman Nasional Teso Nilo (TNTN). Terakhir terpantau Minggu(4/4/2021) kemarin.

Tim yang bertugas masih berada dilokasi kawanan gajah ini melintasi tiga desa yakni desa Sei Kijang, Teratak Rendah dan Rambah.

"Pekan kemarin kami telah melakukan penyisiran di wilayah tersebut. Namun, tim gabungan belum menemukan kawanan gajah yang berjumlah 18 ekor dari TNTN itu," katanya.

Tim hanya menemukan bekas jejak, kotoran hingga tanaman masyarakat yang rusak menjadi santapan satwa bernama latin Elephas maximus Sumatranus itu.

"Wilayah ini memang daerah perlintasannya menuju Gunung Melintang hingga ke TNTN," ujar dia. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak