Ilmuwan Ini Sebut Polusi Udara Bisa Bikin Ukuran Penis Kecil

Tak hanya mempengaruhi kesuburan, ftalat juga bisa menyebabkan malformasi genital.

Eko Faizin
Sabtu, 27 Maret 2021 | 06:22 WIB
Ilmuwan Ini Sebut Polusi Udara Bisa Bikin Ukuran Penis Kecil
Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock)

SuaraRiau.id - Shanna Swan, profesor kedokteran lingkungan dan kesehatan masyarakat di Fakultas Kedokteran Icahn di Gunung Sinai. Ia telah mendata risiko masalah kesehatan dari dampak polusi udara melalui bukunya "Count Down".

Ilmuwan lingkungan tersebut mengungkapkan bahwa ada bahan kimia yang bisa mempengaruhi kesuburan organ vital. Bahan kimia itu bernama ftalat.

Melansir Medical Daily, ftalat adalah sekelompok bahan kimia sintetik yang digunakan untuk membantu membuat plastik lebih fleksibel dan tahan lama.

Bahan kimia tersebut bisa ditemukan dalam ratusan produk sehari-hari mulai dari kosmetik, sampo, pakaian, pembersih, plastik makanan kemasan, hingga mainan anak-anak dan perangkat medis.

Tak hanya mempengaruhi kesuburan, ftalat juga bisa menyebabkan malformasi genital.

Shanna Swan berpendapat bahwa lebih banyak bayi yang dilahirkan dengan penis berukuran kecil. Penelitian Swan ini melibatkan tikus dan menemukan bahwa janin tikus yang terpapar bahan kimia tersebut lebih mungkin memiliki ukuran alat kelamin yang kecil.

Mengutip Fox News, Swan menemukan bahwa janin laki-laki yang terpapar ftalat mengakibatkan penurunan jarak anogenital, yakni kondisi yang terkait dengan ukuran panjang penis.

Temuan lain yang dikutip dalam buku Swan, termasuk klaim bahwa tingkat sperma di antara pria yang sering terpapar polusi menurun lebih dari 50 persen. Temuan ini berdasarkan ratusan penelitian yang melibatkan hampir 45 ribu pria sehat.

Klaim tersebut tidak terlalu mengejutkan. Karena, ilmuwan sebelumnya menyatakan paparan bahan kimia tersebut bisa membahayakan kesuburan, kesehatan bayi, mengganggu perkembangan hormon dan merusak materi genetik dalam sperma.

Ftalat telah dilarang di banyak mainan anak-anak karena risiko kesehatannya. Bahan kimia ini juga biasa ditemukan di peralatan manufaktur dan memiliki pijakan yang kuat dalam rantai pasokan di luar industri makanan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), mengatakan ftalat bisa ditemukan dalam produk personal hygiene, makeup, kemasan plastik dan banyak lagi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini