Namun demikian, persoalan lain justru terjadi, di tengah melonjaknya harga sawit ini, TBS kepala sawit petani dari pohon malah justru mengalami trek.
Trek adalah sebuah musim ketika perkebunan dan lahan tidak menghasilkan banyak hasil panen seperti biasanya. Hasil brondolan sawit dan buah normal juga menurun drastis, bahkan bisa tidak menghasilkan buah sama sekali.
Rata-rata petani mengalami hal tersebut, hasil panen dari kebun yang dimilikinya itu mengalami penurunan yang cukup signifikan.
"Biasa 2 hektare kita bisa dapat 1,5 ton, sekarang turun bisa sampai setengahnya," kata Misno (44) petani sawit di Duri, Selasa (16/3/2021).
Petani lain, Alimar (60) juga mengalami hal yang serupa. Lahan sawit seluas 2 hektare yang dimilikinya sejak tiga bulan terakhir ini justru mengalami penurunan jumlah panen.
"Sawit mahal, tapi lagi musim trek. Hasil panen jadi menurun," ujarnya.
Kendati demikian, para petani yang menggantungkan hidup pada komoditi sawit tersebut tetap bersyukur dengan adanya kenaikan harga yang tinggi.
Yang dikhawatirkan, jika tidak ada kenaikan, mereka para petani justru harus menelan pil pahit apabila sawit di harga yang rendah.
"Walau begini, tetap disyukuri. Jadi pas sawit trek, harga tinggi masih bisa lah dapat sedikit-sedikit. Yang hajab apabila musim trek dan sawit malah murah, itu yang kita khawatirkan ini," tuturnya.
Kontributor : Panji Ahmad Syuhada