SuaraRiau.id - Sejumlah tanaman yang potensial dikembangkan menjadi obat Covid-19 terkandung dalam Kitab Alquran.
Hal itu disampaikan Guru Besar Bidang Farmasetika Universitas Islam Indonesia (UII) Prof Yandi Syukri dalam pidato ilmiah di Rapat Terbuka Senat Milad Ke-78 UII di Kampus UII, Yogyakarta.
"Menemukan data ilmiah dari Alquran belakangan ini meningkat seiring dengan penyelidikan ilmiah modern. Banyak ayat dalam Alquran yang menjelaskan pentingnya tumbuhan," kata Yandi dilansir dari Antara, Jumat (12/3/2021).
Diungkapkan Prof Yandi, dari 27 spesies tumbuhan yang disebutkan dalam Alquran dan Hadits, beberapa yang mudah ditemukan yaitu jinten hitam (habatussauda), madu, bawang putih, kurma, labu, zaitun, adas, delima, anggur, kayu arak atau siwak (untuk sikat gigi), bawang merah, tin, jelay, dan jahe.
Di antara tanaman tersebut, disampaikannya, yang sangat potensial untuk dikembangkan untuk pengobatan Covid-19 yaitu jahe, serta jinten hitam (habatussauda).
Prof Yandi menuturkna, salah satu studi pemodelan molekul (molecular docking) untuk memprediksi interaksi protein host-virus di lokasi masuknya SARS-CoV-2 menunjukkan efek penghambatan konstituen jahe (Zingiber officinale) sebagai penghambat masuk virus SARS-CoV-2 dengan menggunakan semua protein inang dan asal virus.
Tak hanya itu, tanaman jahe merupakan suplemen peningkat kekebalan alami, serta bahan penyusun formulasi herbal yang direkomendasikan oleh BPOM sebagai tindakan pencegahan untuk meningkatkan kekebalan tubuh setelah wabah Covid-19.
"Sehingga sebagai penghambat masuk SARS-CoV-2 jahe juga dapat menjadi suplemen yang aman dan andal untuk memitigasi Covid-19 untuk mengurangi infektivitas karena juga memiliki aktivitas antibakteri dan pendorong imunitas," terangnya.
Selain itu, ada jintan hitam atau habatussauda yang memiliki aktivitas antivirus, antioksidan, antiradang, antikoagulan, imunomodulator, bronkodilator, antihistaminik, antitusif, antipiretik, dan analgesik.
"Sehingga ini akan menjadi kandidat herbal potensial untuk mengobati pasien dengan Covid- 19," kata dia.
Saat ini, kata Yandi, pengobatan alami digunakan oleh sekitar 80 persen populasi dunia, terutama di negara berkembang untuk perawatan kesehatan primer karena dapat diterima secara budaya, serta kemudahan akses dan keterjangkauan.
"Oleh karena itu, produk alami yang disebutkan dalam Alquran dan Hadits telah menarik perhatian ahli botani, ahli biokimia, dan farmakognosi, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut," sebutnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa tanaman yang berkhasiat sebagai imunomodulator memainkan peran penting dalam pengobatan infeksi inflamasi, dan imunodefisiensi melalui efeknya pada berbagai sel.
"Mekanisme kerjanya bisa sebagai imunomodulator, imunosupresi, atau imunoadjuvan untuk meningkatkan respons imun spesifik antigen," tutur Prof Yandi. (Antara)