Permintaan itu, kata Pramintohadi, lantas diizinkan oleh ATC. Di mana pesawat kemudian diinstruksikan untuk naik ke ketinggian 11 ribu kaki.
“Dan ini memang dijawab oleh pilot, clear, kita minta pesawat itu naik ke ketinggian 11 ribu kaki karena pada ketinggian yang sama ada pesawat dalam posisi yang sama yang akan terbang juga ke Pontianak, yaitu Air Asia,” katanya.
Kemudian pada 14.39 WIB, pada posisi 10.600 kaki, pesawat diinstruksikan oleh ATC naik ke ketinggian 13 ribu kaki.
Ketika itu, Pilot Kapten Afwan masih meresponsnya dengan baik. Itu adalah satu menit sebelum pesawat kehilangan kontak. Ditegaskan pula, tak ada laporan jika pesawat dalam kondisi tak stabil. Baik saat itu, maupun ketika komunikasi di awal penerbangan.
“Selama proses dari jam 14.36 WIB ke 14.39 WIB, tak ada laporan pesawat dalam kondisi tidak normal. Semua berlangsung normal.” ujarnya.
Akan tetapi, sepersekian detik kemudian, Sriwijaya SJ182 justru terpantau di layar ATC berbelok ke kiri, ke barat laut. Padahal seharusnya jika mengikuti SID, pesawat itu harusnya berbelok ke kanan.
“Kemudian 14.40 WIB controller melakukan konfirmasi arah SJ182, namun tak ada respons, dan diikuti, target hilang dari layar radar.
Seperti yang diketahui, pesawat Sriwijaya SJ182 hilang kontak pada 9 Januari 2021 di sekitar perairan Kepulauan Seribu. Seluruh penumpang hingga awak pesawat menjadi korban meninggal dalam tragedi nahas tersebut.