Meskipun sudah 26 tahun melakoni profesi penggali kubur yang ditugaskan pemerintah, namun Siken tetap merasa cemas saat pertama kali melakukan pemakaman jenazah Covid-19.
Tepatnya pada 9 April 2020, saat itu dia rada gemetar dan terus gelisah melihat sesuatu yang dinilainya baru. Jenazah pertama yang dimakamkannya bernama Rusli, yang merupakan warga Panam, kota Pekanbaru. Saat pemakaman itu berlangsung malam, Siken yang awal-awal masih bertugas sendirian tersebut menggali lubang dengan alat penerangan dari lampu motor yang terus dihidupkannya.
"Awalnya pasti takut, keluarga saya pasti juga takut," tuturnya.
Dia mengaku saat itu pernah mengalami penolakan dari warga saat kembali ke rumah. Namun berkat cara dia meyakini bahwa telah menjalani protokol kesehatan yang ketat, akhirnya dia pun tak lagi merasakan hal demikian.
Seiring berjalan waktu, proses pemakaman yang dijalaninya itu dianggapnya biasa saja. Bahkan warga Kelurahan Umban Sari, Rumbai, Pekanbaru ini mengaku banyak mendapatkan teman baru yang menjadi tempatnya bercerita selama ini.
Setiap hari, kuburan jenazah covid-19 di TPU Tengku Mahmud Palas tersebut tak pernah sepi dari peziarah. Siken sampai hafal beberapa nama anggota keluarga yang berdatangan.
Sesekali, dirinya juga mendapatkan tugas tambahan untuk menata makam agar lebih baik. Misal ditanami rumput, dibersihkan hingga memasang batu nisan.
"Ada suka dan duka, tapi kebanyakan dukanya. Sukanya sih gak ada, sukanya paling ya ini kita jumpa orang nambah kawan, jumpa orang-orang baru dan akrab," katanya.
Kemudian, menurut Siken akhir-akhir ini kedatangan kelompok satwa gajah di areal pemakaman itu menjadi hal yang menakutkan baginya. Sebab, pengetahuannya soal penanganan satwa liar itu menjadi kendala.
"Gajah juga, kalau malam sudah masuk sini, jadi agak was-was juga kami," tuturnya.
Kendala-kendala yang dihadapinya lantas tak membuatnya mengeluh. Rasa khawatir akan ancaman tertular virus dari jenazah yang dia antar seakan tidak bisa mengalahkan tingginya rasa kemanusiaan dan tanggung jawab mengemban tugas menjadi penggali kubur.
Karenanya, tanpa keluh, tak terasa sembilan bulan sudah rutinitas yang dijalani Siken dan para sejawat.
"Totalnya sampai sekarang sudah 493 jenazah yang kami makamkan," tuturnya.
Minta masyarakat patuh
Di samping itu, tingginya kasus Covid-19 yang masih mewabah tersebut menurut Siken mesti diantisipasi dengan kepatuhan masyarakat untuk menjalani protokol kesehatan yang lebih ketat.
Sebagai "penunggu" liang lahat, dirinya ingin masyarakat patuh dengan menerapkan protokol kesehatan, agar kasus Covid-19 di Bumi Lancang Kuning dapat diminimalisir.