SuaraRiau.id - Kemunculan sosok Ustaz Abdul Somad (UAS) beberapa minggu jelang pemungutan suara di Provinsi Riau, membuat Pilkada Riau menjadi sorotan nasional. Bahkan, UAS dituding telah memecah belah umat karena kampanye politiknya yang memihak salah satu calon.
Meski dukungan juga disuguhkan UAS untuk pemilihan Wali Kota Medan dan Kota Bukittinggi. Namun, dukungan UAS terhadap pilkada di Riau lebih dominan dibanding wilayah lain di pulau Sumatera.
Hingga kini, UAS telah menampakkan dukungannya untuk 4 pilkada di Riau, meliputi: Pilkada Kabupaten Rokan Hulu, Pilkada Kabupaten Pelalawan, Pilkada Kabupaten Indragiri Hulu,dan Pilwako Dumai.
Mengalirnya dukungan UAS kepada sejumlah calon kepala daerah Riau, dengan sendirinya memberikan efek politik terhadap masing-masing calon. Hanya saja dukungan politik tersebut juga memantik tudingan UAS telah memecah belah umat.
Dalam suatu kesempatan, sahabat UAS, Hendriyanto mengatakan perbaikan politik memang menjadi salah satu penekanan ceramah yang dilakukan dai kondang tersebut selama ini.
Namun, penekanan tersebut juga dibarengi dengan tausiyah perbaikan pendidikan dan perbaikan ekonomi. Oleh sebab itu Hendriyanto menilai sokongan UAS terhadap calon kepala daerah bersifat multiaspek, sehingga keliru menganggap sikap politik sang ustaz memecah belah umat.
"Konsen tausiyah itu ada tiga poin, perbaikan pendidikan, perbaikan ekonomi dan perbaikan politik. Anggapan sikap politik UAS memecah belah umat adalah tindakan keliru," jelasnya.
Sambung Hendriyanto, adalah hal keliru menilai seruan UAS yang mengajak umat memasukan anak ke sekolah Islam, atau berbelanja ke warung tetangga sebagai sikap memecah belah umat.
Ini bukan kali pertama, UAS terseret tudingan melakukan politik praktis. Jauh sebelum kemunculannya pada aktivitas politik di pilkada 2020.
Sorotan juga muncul ketika ulama jebolan Universitas Al Azhar tersebut menghadiri rapat persiapan pendirian Masyumi Reborn Provinsi Riau sebagai narasumber.
Bahkan, mantan dosen itu juga sempat diisukan bakal mengisi peran sebagai Dewan Syuro Partai Masyumi.
Terpisah, Ketua Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI) Provinsi Riau, Dr Hasanudin, menyebut kedekatan UAS dengan aktor politik secara personal maupun organisasi dapat memantik efek politik, yang pada daerah tertentu dapat menghasilkan capaian politik memuaskan.
Hasanudin mencontohkan situasi hajatan politik tahun 2019, saat itu UAS menyerukan umat untuk memilih dua partai berbasis Islam, PKS dan PAN.
"Nah,sekarang konteksnya pilkada, dan kedekatan aktor politik dengan UAS tentu akan memiliki efek politik. Bagi aktor politik yang menggarap segmen pemilih Islam, pengaruh itu terasa," terangnya, Senin (30/11/2020).
Menurut amatan Hasanudin, pengaruh politik yang dimiliki UAS punya kecendrungan menggerus minat pemilih Islam terhadap partai nasionalis, khususnya di Riau.
Namun dia mengakui untuk mengukur sejauh mana faktor UAS berdampak terhadap calon kepala daerah yang diusung partai nasionalis, memerlukan pendalaman lebih lanjut.
Adapun gelaran pilkada di Riau digelar di 9 wilayah dari 12 Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Riau. Hajatan demokrasi ini melibatkan lebih kurang 2,4 juta pemilih, dengan tempat pemungutan suara (TPS) mencapai 8.356 TPS.
Kontributor : Satria Kurnia