Hanya Dua Tersisa, Perajin Batik Melayu Riau Kekurangan Penerus

Panca berharap, ke depan generasi muda bisa ikut melestarikan tradisi batik Melayu Riau. Ia mengakui profesi perajin batik butuh kesabaran dan ketelatenan tersendiri.

Suhardiman
Sabtu, 03 Oktober 2020 | 11:49 WIB
Hanya Dua Tersisa, Perajin Batik Melayu Riau Kekurangan Penerus
Seorang perajin menggambar motif batik Melayu Riau di Galeri Semat Tembaga, di Kota Pekanbaru, Jumat (02/10/2020). (ANTARA/FB Anggoro)

SuaraRiau.id - Saat ini kondisi kerajinan batik khas Melayu Riau memprihatinkan. Pasalnya, di Kota Pekanbaru (Ibu Kota Provinsi Riau) hanya tersisa dua perajin yang masih aktif.

Dua perajin yang membuat batik Melayu Riau, yaitu di Galeri Semat Tembaga di Jalan Kuantan VII.

Di sana perajin membuat batik tulis dengan canting, di antaranya ada motif batik tabir dan tabur.

Kerajinan batik Melayu Riau juga dibuat oleh sejumlah perajin di Gedung Dekranasda Riau di Jalan Sisingamangaraja. Namun, di tempat itu tidak lagi memproduksi batik karena tidak ada perajinnya.

Baca Juga:Sempat Viral, Inilah Motif Ayah Cabut Kuku Kaki Anak Sendiri

Sementara galeri lainnya yang menjual batik khas Riau, memproduksi batik di Jawa dan menjualnya lagi di Pekanbaru.

"Sekarang kami hanyatinggal berdua, sebelumnya banyak waktu pertama berdiri sampai 20-an (orang) masih gadis-gadis jadi masih aktif. Setelah nikah, berumah tangga, urus anak jadi berhenti," kata salah seorang perajin batik Panca dilansir dari Antara, Sabtu (3/10/2020).

Ia menilai generasi muda juga sangat rendah minat untuk menekuni tradisi membatik. Pemilik Galeri Semat Tembaga, Encik Amrun Salmon termasuk salah satu pelopor batik Melayu Riau sudah membuka peluang bagi siapapun yang ingin belajar membatik.

Encik Amrun Salmon belum lama ini mengadakan pelatihan membatik untuk 10 orang anak muda.

Setelah pelatihan selama satu minggu, lanjutnya, hanya satu orang yang masih mau meneruskan ilmu yang didapatkannya.

Baca Juga:Koalisi Berkelanjutan, Cara CSO Kawal Isu Lingkungan di Pilkada Riau

"Di sanggar ini ada pelatihan-pelatihan untuk siapa yang mau boleh belajar, tapo minat anak muda di sini kuranng, sangat kurang," katanya.

Panca berharap, ke depan generasi muda bisa ikut melestarikan tradisi batik Melayu Riau. Ia mengakui profesi perajin batik butuh kesabaran dan ketelatenan tersendiri.

"Harapannya mudah-mudahan generasi muda ini mau turut mengembangkan budaya batik kita. Kerja ini memang sangat rumit, perlu ketelatenan, kesabaran. Anak muda sekarang maunya yang cepat, yang banyak gaji. Kalau membatik ini perlu kesabaran yang tinggi. Kalau salah diulang warnanya, tergantung kainnya juga, dan begitu selesai ada kepuasan batin tersendiri," katanya.

Proses pembuatan batik tulis khas Melayu Riau tergantung motif yang dibuat. Motif yang sederhana bisa diselesaikan dalam 1-2 hari, namun untuk yang rumit bisa sampai 15 hari.

Harga kain batik juga bervariasi tergantung tingkat kesulitan pembuatannya, yakni berkisar Rp300 ribu hingga Rp700 ribu per helai.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini