Cerita Sudiyanto, Pria Lereng Gunung Slamet Penemu Pompa HySu

Tak terkecuali di Dusun Glempang, Desa Kotayasa, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.

Eko Faizin
Jum'at, 11 September 2020 | 10:44 WIB
Cerita Sudiyanto, Pria Lereng Gunung Slamet Penemu Pompa HySu
Sudiyanto dan pipa saluran HySu hasil karyanya. (Suara.com/Anang Firmansyah)

Kegemarannya membaca jugalah yang mengantarkan ia membuat alat ini. Ia mengatakan tidak sengaja menemukan sebuah buku tentang Teknologi Tepat Guna berbahasa Belanda di perpustakaan desa.

Namun ia tidak bisa berbahasa Belanda, akhirnya Sudiyanto meminta bantuan seorang teman yang merupakan pemandu wisata di kawasan Baturraden.

"Waktu itu kebetulan ada petemuan karang taruna di desa, nah kita baca-baca buku ini di perpusdes. Kita menemukan beberapa teknologi tepat guna salah satunya pompa air tenaga air atau Hydrolik Ram Pam. Bahasany Belanda," jelasnya.

Setelah membaca buku tersebut, ia mempraktrikkannya sendiri karena tidak mendapat dukungan dari warga sekitar. Faktor kebutuhan akan air yang mendorongnya berkeinginan untuk membuat alat tersebut.

Bahkan tak sedikit yang mencibirnya, sampai dikatakan gila karena berusaha menyalurkan air ke tempat yang lebih tinggi. Walaupun kesulitan modal, ia akhirnya bisa mengumpulkan uang untuk membeli peralatan sampai Rp 7,5 juta pada waktu itu.

"Kita mencoba dan mencoba, satu bulan belum selesai bahkan ada yang mengatakan kami tidak waras. Karena orang mengambil air kan biasanya dari atas ke bawah, kalau saya dari bawah ke atas. Ada yang sampai mengatakan berani minum air kencing sendiri bila sampai ke sini airnya. Tapi itu malah sebagai penyemangat," ujarnya.

Alat tersebut, kini pun di komersialkan dengan harga yang cukup miring jika dibandingkan dengan keawetan alat dengan minimalnya perawatan.

Bermodalkan besi bekas serta ban mobil bekas yang hanya seharga Rp 300 ribu, bisa dijual seharga Rp 1,75 juta. Terlebih alat ini tidak membutuhkan sumber daya listrik.

"Saya itu jual teknologi nya juga mas, jadi bukan sekedar alat. Jika dibandingkan dengan keawetannya ya sangat sebanding. Karena ini minim perawatan. Bayangkan saja, ini bisa menyalurkan sampai jarak 600 meter dengan ketinggian elevasi 86 meter. Istilahnya saya menciptakan tsunami dalam tabung untuk mengoperasikan alat ini," ujarnya.

Pompa air HySu ini berbeda dengan pompa air hydram pada umumnya, karena pompa air karya Sudiyanto memiliki aliran air yang lebih konstan. Karena diukur dengan kemiringan yang harus sesuai standar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini