Eko Faizin
Senin, 01 September 2025 | 20:55 WIB
Frances Wijsman, cucu seorang tawanan Belanda pada masa Perang Dunia II di Pekanbaru. [Rahmadi Dwi Putra/Riauonline]

SuaraRiau.id - Bangunan peninggalan bersejarah, Death Railway atau Jalur Kereta Api Maut di Pekanbaru menjadi perhatian khusus warga negara Belanja bernama Frances Wijsman.

Bule Belanda ini ternyata merupakan cucu dari seorang tawanan perang pada masa Perang Dunia II tahun 1943 hingga 1945.

Sang kakek rupanya pernah ditawan dan dipaksa bekerja pada proyek kereta api tersebut.

Pada zaman itu, ribuan nyawa melayang akibat kondisi kerja yang brutal dan tidak manusiawi, sehingga proyek ini kemudian disebut sebagai "Jalur Maut".

Frances menyebut, jika kehadirannya di Pekanbaru merupakan bentuk penghormatan terhadap kakeknya yang pernah ditawan dan dipaksa bekerja pada proyek kereta api saat itu.

"Saya ingin menghormati keinginan kakek saya. Dia pernah menjadi tawanan perang di Perang Kedua di Pekanbaru. Dan kami sangat tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang situasi di sini," ungkap kepada Riauonline.co.id--jaringan Suara.com, Senin (1/9/2025).

Frances kemudian bercerita mengenai sosok kakeknya didampingi ibunya. Kakeknya adalah Josephus Paulus van Driessche.

"Dan dia (kakek) dilahirkan pada tahun 1907 di Magadam, Onyaga. Dan tentu saja dia tinggal di Jakarta untuk bekerja. Dan ketika Perang Kedua, dia ditangkap," ujarnya.

Frances menjelaskan bahwa kakeknya ditangkap sebagai orang perang dan dipekerjakan di Pekanbaru untuk bekerja di jalan raya.

Meski informasi tentang masa lalu keluarganya cukup terbatas, Frances berusaha mencari tahu melalui buku dan dokumen.

“Itu agak sulit untuk mendapatkan maklumat tentang kakek saya atau ayahnya. Karena mereka tidak bisa berbicara tentang semua hal yang mereka alami saat bekerja di proyek kereta api. Jadi ketika saya masih kecil, saya akan membaca buku dari ibuku. Tapi juga melihat dokumen,” katanya.

Kunjungan ke lokasi bekas jalur kereta api itu, menurut Frances, menjadi pengalaman yang sangat berkesan.

“Ya, ini sangat istimewa untuk berada di sini. Tentu saja, tidak banyak orang yang datang ke sini. Seperti kita baca sedikit di buku atau dokumen. Tetapi berada di sini, apa yang mengejutkan saya paling banyak adalah bahwa masih banyak yang perlu ditemukan,” tegas Frances.

Load More