Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Senin, 02 September 2024 | 10:53 WIB
Sejumlah Piyau Bakajang Kain atau perahu kayu berhias kain berderet menyusuri Sungai Subayang, Kampar Kiri Hulu, Kampar di Karimba Fest 2024, Sabtu (31/8/2024). [Suara.com/Eko Faizin]

SuaraRiau.id - Sejumlah Piyau Bakajang Kain atau perahu kayu berhias kain berderet menyusuri Sungai Subayang, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Sabtu (31/8/2024) pagi.

Terdengar alunan musik tradisional yang dipukul di atas sampan. Perahu-perahu kayu berhias kain berwarna bergerak dari Desa Gema dengan tujuan Desa Tanjung Belit.

Momen ini merupakan rangkaian Karimba Fest 2024, sebuah festival yang mengusung tema Lestari Alam dan Budaya Negeri Rantau Andiko yang diikuti 10 desa di Kampar Kiri Hulu. Karimba merupakan kependekan dari Karya Rimbang Baling.

Director of Conservation and Sustainability Yapeka, Agustinus Wijayanto (paling kiri) menjelaskan kepada Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf, Florida Pardosi tentang produk lokal masyarakat Rimbang Baling di Karimba Fest 2024, Sabtu (31/8/2024). [Suara.com/Eko Faizin]

Director of Conservation and Sustainability Yapeka, Agustinus Wijayanto menyatakan bahwa festival tersebut merupakan ide dari masyarakat sekitar Kawasan Rimbang Baling.

Baca Juga: Pekerja Bibit Akasia Diserang Harimau, Ini yang Dilakukan BBKSDA Riau

"Karimba Fest menitikberatkan pada pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan sambil tetap mempertahankan konservasi di kawasan Suaka Margasatwa (SM) Bukit Rimbang Bukit Baling," ujar Agus kepada Suara.com.

Selain masyarakat, gelaran ini juga melibatkan Konsorsium KERABAT yakni Yapeka, Indecon dan FHK serta mitra lokal seperti Rumah Sunting dan Greenradioline, dengan dukungan IUCN dan KfW.

Ia menjabarkan jika program kolaborasi tersebut fokus pada tiga pilar utama yakni konservasi alam, pemberdayaan masyarakat dan pendidikan lingkungan.

"Melalui kolaborasi dengan Indecon dan FHK, kami mengembangkan ekowisata yang ramah lingkungan serta melindungi habitat harimau,” ungkap Agus.

Dia mengisahkan sejak 2015, pihaknya melakukan pendampingan di wilayah konservasi habitat harimau sumatera dengan melakukan pemberdayaan segala aspek di kawasan Rimbang Baling. Hal tersebut dilakukan agar potensi lokal bisa menggerakan ekonomi masyarakat, termasuk ekowisata sustanable (berkelanjutan).

Baca Juga: Kronologi Pekerja Diterkam Harimau di Kawasan Konsesi Pelalawan

Agus menyebut jika program kolaborasinya itu terselenggara dengan baik dengan bantuan masyarakat, pemerintah daerah termasuk Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau.

Load More