SuaraRiau.id - Codet merupakan seekor gajah jantan gagah tanpa gading dikenal sebagai gajah soliter, yang berarti dia hidup sendiri dan tidak tergabung dalam kelompok gajah lainnya.
Gajah sumatera ini sering terlihat berkeliaran di wilayah Suaka Margasatwa (SM) Balairaja dan SM Giam Siak Kecil di Riau, area ini merupakan dua kantong gajah yang saling terhubung.
Codet sempat viral karena terekam kamera melintas di Jalan Tol Pekanbaru-Dumai pada 2022 lalu. Saat itu, Codet diduga sedang mencari pasangan. Raksasa rimba ini melintas dari area SM Giam Siak Kecil untuk menuju SM Balairaja.
Sebenarnya, tol tersebut sudah dilengkapi underpass atau terowongan gajah yang ramah lingkungan. Namun saat itu dibanjiri air dari sungai sekitarnya, sehingga Codet nekat menyeberang dan mempertaruhkan keselamatannya demi menemukan cintanya.
Saat musim kawin, Codet biasanya ditandai dengan keluarnya seperti minyak di antara mata dan telinga, yang mana kondisi ini dinamakan masa musth yang terjadi per 3 atau 4 bulan dalam 1 tahun. Di masa ini, Codet didorong oleh nalurinya untuk mencari pasangan.
Dia menjelajahi wilayah yang luas demi menemukan gajah betina yang siap kawin. Perjalanannya pun tidak mudah, Codet harus melewati hutan, perkebunan dan bahkan menyeberang jalan tol yang ramai.
Codet yang terkenal tak memiliki gading ini bukanlah kondisi bawaan lahir. Gadingnya patah karena perkelahian dengan Getar, gajah liar lainnya pada 2015 silam. Codet sudah dipasangkan perangkat berupa global positioning system (GPS) collar yang terkalung di lehernya tersebut merupakan persembahan dari PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bekerja sama dengan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dan Rimba Satwa Foundation (RSF). Gunanya, agar gajah yang telah dipasangi alat canggih tersebut dapat terpantau pergerakannya secara realtime.
"Kami juga sempat surprise saat Codet keluar jalur biasanya. Alhamdulillah bisa kami monitor terus dengan dipasangkan GPS collar tersebut. Ini sangat membantu para rimbawan untuk turut memantau pergerakan gajah demi menjaga populasinya di hutan dan mengantisipasi konflik dengan manusia," kata Direktur RSF Zulhusni Syukri.
Pertemuan dengan Seruni
Di wilayah Giam Siak Kecil, Codet bertemu dengan seekor gajah betina bernama Seruni, gajah yang hidup dalam kelompok.
Pada musim kawin, Codet dan Seruni biasanya bertemu. Keberhasilan perkawinan mereka sangat penting untuk menjaga populasi gajah sumatera yang terancam punah.
Kisah cinta Codet dan Seruni adalah simbol perjuangan gajah sumatera di era modern. Habitat mereka semakin terfragmentasi akibat aktivitas manusia, sehingga sulit bagi mereka untuk bertemu dan kawin.
Namun, kisah Codet juga memberikan harapan. Dia menunjukkan bahwa gajah sumatera masih memiliki naluri untuk bertahan hidup dan berkembang biak.
Sebagaimana diketahui, tahun 1980-an, kantong atau wilayah jelajah gajah sumatera berjumlah 44 kantong yang tersebar dari Aceh sampai Lampung. Data 2011, hanya tersisa 23 kantong. Di Riau, ada delapan kantong gajah antara lain, Tesso Nilo Tenggara, Tesso Nilo Selatan, Serangge, Petapahan, Mahato, Koto Tengah, Giam Siak Kecil dan Balai Raja.
Lestarikan cinta gajah sumatera
Upaya untuk melestarikan habitat gajah sumatera sangat penting untuk menjaga populasi mereka. Dengan begitu, dirasa sangat perlu untuk melindungi hutan dan menciptakan koridor gajah agar mereka dapat bergerak bebas dan menemukan pasangan.
Kisah Codet dan Seruni tadi adalah pengingat bahwa kita harus hidup berdampingan dengan alam. Dengan melindungi habitat gajah, kita juga melindungi masa depan.
Codet merupakan salah satu Gajah Sumatra yang masuk dalam pantauan tim PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bersama Rimba Sawta Foundation (RSF) dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau. PHR bersama para mitranya telah memasang GPS Collar sebanyak 5 untuk Codet dan kelompok gajah-gajah lainnya.
Upaya pemantauan yang dilakukan PHR dan RSF dapat mengetahui pergerakan gajah secara realtime, melalui sabuk GPS collar yang dikalungkan tersebut.
Selain kalung GPS, PHR juga menyumbangkan 18 unit kamera pengintai (camera trap) yang diletakkan di berbagai lokasi strategis di habitat gajah.
Kalung GPS yang dipasangkan di leher gajah berfungsi untuk memonitor pergerakan kawanan gajah melalui satelit dan memberikan data lokasi keberadaan kelompok gajah. Dengan demikian, potensi konflik gajah dan manusia dapat dimitigasi lebih dini. Sementara itu, kamera pengintai dipasang di sejumlah titik di kawasan perlintasan gajah guna memberikan informasi visual.
Upaya konservasi ini merupakan salah satu program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) PHR WK Rokan dalam bidang lingkungan. Gajah adalah satwa endemik dengan jumlah populasi yang saat ini kian menipis.
Untuk pengingat, gajah sumatera sejak 2011 termasuk dalam daftar merah The International Union for Conservation of Nature (IUCN), dengan status kritis atau sangat terancam punah (critically endangered). Hal ini disebabkan karena populasi gajah sumatera yang menurun lebih dari 80 persen dalam waktu sekitar 75 tahun terakhir.
Berita Terkait
-
Museum Gajah: Lebih dari Sekedar Museum Tertua di Asia Tenggara
-
Rumah Sakit Gajah Pertama di India: Secercah Harapan bagi Gajah Asia yang Terancam Punah
-
Jangan Suka Menghina Fisik Sesama dalam Buku Fabel 'Indahnya Persahabatan'
-
Tanamkan Jiwa Tolong Menolong dalam Buku 'Persahabatan Burung dan Gajah'
-
Dulu Kumuh & Lapak Pedagang Angkringan, Warga Apresiasi Wajah Baru Lapangan Gajah Mada
Tag
Terpopuler
- Agus dan Teh Novi Segera Damai, Duit Donasi Fokus Pengobatan dan Sisanya Diserahkan Sepenuhnya
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Bak Terciprat Kekayaan, Konten Adik Irish Bella Review Mobil Hummer Haldy Sabri Dicibir: Lah Ikut Flexing
- Bukti Perselingkuhan Paula Verhoeven Diduga Tidak Sah, Baim Wong Disebut Cari-Cari Kesalahan Gegara Mau Ganti Istri
- Beda Kado Fuji dan Aaliyah Massaid buat Ultah Azura, Reaksi Atta Halilintar Tuai Sorotan
Pilihan
-
7 Rekomendasi HP 5G Rp 4 Jutaan Terbaik November 2024, Memori Lega Performa Handal
-
Disdikbud Samarinda Siap Beradaptasi dengan Kebijakan Zonasi PPDB 2025
-
Yusharto: Pemindahan IKN Jawab Ketimpangan dan Tingkatkan Keamanan Wilayah
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Chipset Snapdragon, Terbaik November 2024
-
Kembali Bertugas, Basri-Najirah Diminta Profesional Jelang Pilkada Bontang
Terkini
-
Pimpin Transformasi Hijau Berkelanjutan, Sunarso Dinobatkan sebagai The Best CEO
-
Review Smartphone iQOO Terbaru 2024 dan Spesifikasinya
-
Dukung Gaya Hidup Sehat, BRI dan OPPO Berkolaborasi di OPPO Run 2024
-
Jelang Pencoblosan, Kapolres Ajak Semua Paslon Pilkada Siak Olahraga Bersama
-
Beli Rumah Lebih Mudah, Ayo ke KPR BRI Property Expo 2024 Goes to Ciputra Surabaya