Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Minggu, 18 Februari 2024 | 07:49 WIB
Petugas Pengawalan dan Pengamanan logistik Pemilu 2024 dari Polres Pelalawan saat melakukan pendistribusian Kotak Suara di TPS 01 Desa Ransang, Kecamatan Pelalawan, Pelalawan, Senin (12/2/2024). [Ist]

SuaraRiau.id - Bripka Dendi Febrian, personel Sat Binmas Polres Pelalawan menjadi salah satu pahlawan di balik suksesnya Pemilu 2024 saat situasi banjir melanda Riau.

Dedikasi dan perjuangannya dalam mengawal dan mengamankan pendistribusian logistik ke Desa Ransang, Desa Kuala Tolam, dan Desa Sungai Ara patut diacungi jempol.

Meskipun penuh dengan rintangan, Bripka Dendi dan timnya berhasil menyelesaikan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Pengalaman ini menjadi momen berharga dan tak terlupakan baginya, terutama saat melihat kebahagiaan warga yang menerima logistik Pemilu.

Bripka Dendi merupakan satu dari ribuan polisi sekaligus ayah yang rela menahan rindu berpisah dengan istri dan buah hatinya demi menyukseskan Pemilu.

"Pergi karena tugas, pulang karena rindu," katanya dengan nada gemetar memulai cerita kepada Suara.com.

Masih segar dalam ingatan Bripka Dendi saat mengawali langkahnya pada Senin 12 Februari 2024 pagi. Hari itu, ia izin pamit kepada istri dan kedua buah hatinya untuk pergi ke Desa Ransang.

Desa yang jaraknya sekitar 46 kilometer dari Polres Pelalawan jika ditempuh dengan jalur darat. Tapi kali ini berbeda karena banjir mengepung jalan menuju desa tersebut.

Langkah awal Bripka Dendi dimulai dengan lambaian tangan dan untaian doa dari istri dan buah hatinya. Doa yang akan menjaganya di medan tugas dan istri serta buah hati di rumah. Langkah Bripka Dendi pun berlalu.

Di awal perjalanan, ujian mulai terasa saat kantor induk PPK yang seharusnya berada di Kelurahan Pelalawan terpaksa dipindahkan sementara di Lalang Kabung. Penyebabnya sama yaitu kebanjiran.

Akibatnya, logistik Pemilu untuk tiga desa diujung Kecamatan Pelalawan yaitu Desa Ransang, Desa Kuala Tolam dan Desa Sungai Ara terpaksa dipindah pula. Kondisi itu tak membuat tim berpatah arang. Tim itu disebut tim pengawalan dan pengaman logostik serta Tempat Pemungutan Suara (TPS).

Dari Lalang Kabung, tim itu bergerak menuju lokasi yang disebut Line O PT RAPP tempat pompong menunggu mereka.

Pompong itu milik Baharuddin dan Joko. Keduanya dipilih karena satu-satunya alat transportasi yang sesuai untuk melintasi Sungai Kampar. Sungai yang terkenal dengan keganasan Ombak Bono dan habitat buayanya.

Usai semua logistik dipindahkan dari truk kedalan pompang, perjalanan menyusuri Sungai Kampar pun dimulai pukul 09.00 WIB.

Sesaat setelah mesin pompong menderu dan mulai membelah arus anak Sungai Kampar, awan mendadak mendung. Namun hal itu tak merobah semangat Dendi dan rekan-rekan untuk melanjutkan perjalanan.

Sekitar 15 menit perjalanan, pompong itu masuk ke jalur utama yaitu Sungai Kampar yang diketahui memiliki panjang sekitar 580 kilometer dan memiliki kedalaman rata-rata 6 meter.

Di antara arus sedang dan pohon bakau hijau itu, pompong yang dinahkodai Baharuddin itu melaju dengan kecepatan sedang. Sesekali ia merobah arahnya untuk menstabilkan laju pompong dan menjaga agar semua tetap baik-baik saja.

Pengalaman Baharuddin sebagai nahkoda pompong memang tak diragukan lagi, bahkan ia seakan sudah satu hati dengan kendaraan sumber nafkahnya itu.

Buktinya, pendistribusian logistik ke 3 desa itu dituntaskan dalam waktu kurang dari 5 jam.

Awalnya, semua logistik untuk Desa Kuala Tolam didistribusikan dengan petugasnya Bripka Said Idrus Personil Propam Polres Pelalawan, Bripka Deni Pritama, Bhabinkamtibmas, Sertu Pendik KP, Babinsa dan Raistar KPPS Desa Kuala tolam.

Selanjutnya, perjalananpun dilanjutkan ke Desa Ransang lokasi tugas Bripka Dendi bersama Bripka Fahmizar Bhabinkamtibmas, Serda Samsudin Babinsa dan Bobi Parmawan selaku KPPS Desa Ransang.

Kemudian Desa Sungai Ara ditugaskan Aipda Hendrial SH Personil Sat Reskrim Polres Pelalawan, Aiptu Agustinus Bhabinkamtibmas, Koptu Erig, Babinsa dan Imus KPPS Desa Sungai Ara.

Total ada 45 kotak beserta surat suara dan alat kelengkapan yang didistribusikan untuk 9 TPS di 3 desa tersebut.

Banjir terbesar dan terlama sepanjang sejarah Pelalawan itu nyaris menenggelamkan euforia Pemilu 2024 di Desa Ransang, Desa Kuala Tolam dan Desa Sungai Ara.

Di tengah banjir itu, warga yang sudah hampir pasrah kembali tersenyum melihat Bripka Dendi dan tim pengawalan dan pengaman logostik serta Tempat Pemungutan Suara (TPS) datang membawa secercah harapan. Harapan itu logistik Pemilu 2024!

Bripka Dendi mengisahkan jika menjadi petugas pengawalan logistik Pemilu bukanlah hal baru baginya. Pasalnya, ia selalu mendapat tugas dalam siklus lima tahunan itu sejak 2009.

Masih segar dalam ingatannya, pada 2009 bertugas di Desa Ransang Kecamatan Pelalawan. Saat itu, pengawalan logistik disalurkan lewat jalan darat.

Tak hanya itu, pada Pemilu 2014 juga bertugas di Desa Sungai Upih Kecamatan Kuala Kampar. Kemudian 2019, ditugaskan ke Desa Sidomukti Kecamatan Pangkalan Kuras hingga 2024 ini ia kembali lagi ke Desa Ransang Kecamatan Pelalawan.

Meski sudah malang melintang sebagai petugas pengawalan dan pengamanan logistik Pemilu, bagi Bripka Dendi perjalanan tahun ini adalah yang paling menantang dan bersejarah dalam kariernya.

Alasannya, karena tahun ini, menerjang arus Sungai Kampar menjadi satu-satunya pilihan untuk sampai ke Desa Ransang yang pada 2009 ia akses menggunakan jalur darat.

Tak hanya itu saja, menurut Bripka Dendi banjir tahun ini adalah banjir terbesar dan terparah dalam sejarah karena dalam satu bulan Sungai Kampar kerap mengamuk dan meluap.

Kondisi terparah dan juga menjadi sorotan adalah kondisi Jalan Lintas Timur (Jalintim) KM 83 di Desa Kemang Pangkalan Kuras Pelalawan. Jalan itu hingga kini masih menyisakan banyak cerita mulai dari macet, banjir berarus kencang hingga terperosoknya sejumlah kendaraan yang memaksakan diri menerobos.

Tak hanya itu, salah satu bukti lainnya banjir terparah karena menutup semua jalan darat ke Desa Kuala Tolam, Desan Ransang dan Desa Sungai Ara sehingga mengakibatkan tiga desa itu nyaris terisolir. Sehingga melewati Sungai Kampar jadi satu-satunya pilihan.

Cerita Bripka Dendi belum usai, pasalnya hingga semua proses pemilu selesai Bripka Dendi diwajibakan langsung melekat dengan lokasi penyimpanan untuk pengamanan surat suara yaitu di kantor desa setempat.

Di sana, ia dan petugas KPPS lainnya sejak H-2 hingga H+2 bersiaga menjaga logistik Pemilu. Ia dan tim harus menjaga penuh hingga akhirnya dikembalikan lagi ke kantor PPK di Lalang Kabung Pelalawan.

Pada saat itulah Bripka Dendi mengaku sangat merindukan keluarga kecilnya. Beruntung teknologi semakin canggih, berkat telepon genggam ia bisa melepas sedikit rindunya.

Di tengah perjalanan yang menantang itu, terselip pengalaman yang unik. Bripka Dendi bercerita lagi bahwa saat itu waktu salat masuk, logistik harus diantar secara estafet lewat sungai yang lebih kecil.

Saat waktu salat zuhur itu masuk, setelah suara azan menggema dilangit Pelalawan itu, ia dan tim bergegas melaksanakan salat.

Pemandangan tak biasa pun terlihat, ada yang solat menggunakan terpal penutup logistik dan ada pula yang bersujud dan berdoa disalah satu sudut pompong tersebut.

Melihat perjuangan Bripka Dendi dan tim pemulis teringat pesan yang disampaikan Ustad Das'ad Latif yang berpesan agar dalam bertugas selalu mengingat Allah dan keluarga.

Sebagai garda terdepan, polisi juga wajib menyampaikan pesan-pesan pemilu damai. Khusus Ustaz Das'ad Latif saat tausiah di Mapolda Riau berpesan agar semua harus loyal kepada Indonesia.

“Silahkan pilih jagoan-mu, tapi jangan kau hina lawanmu. Hargai lawanmu, karena kau bisa jadi juara karena ada lawanmu,” pesan Ustaz Das’ad.

Total 365 Personel
Bripka Dendi ternyata hanya salah satu dari 356 personel Polres Pelalawan dikerahkan untuk mengamankan 1.106 titik TPS yang tersebar di 12 kecamatan, 14 kelurahan, ratusan desa dan ribuan RT.

Tak sendiri, selama bertugas Personel Polres juga dibantu oleh TNI, petugas Linmas dari pemerintah daerah dan Satpol PP.

Kepada para personel yang bertugas, Kapolres Pelalawan AKBP Suwinto mengingatkan agar personelnya jangan mudah underestimate pada setiap perubahan situasi. Jika terdapat kendala, segera laporkan secara berjenjang kepada pimpinan.

"Saat dilokasi segera kenali lingkungan dan segera beradaptasi cepat dengan warga untuk mempermudah komunikasi. Ini akan mempermudah pelaksanaan tugas pada hari pencoblosan dan penghitungan," jelasnya.

Kisah Bripka Dendi Febrian merupakan contoh nyata dedikasi dan pengabdian seorang polisi dalam menjaga demokrasi di Indonesia. Semangatnya dalam menjalankan tugas di tengah situasi sulit patut dijadikan contoh bagi kita semua.

Kontributor: Rahmat Zikri

Load More