Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Minggu, 29 Oktober 2023 | 14:38 WIB
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan. [Instagram/luhut.pandjaitan]

SuaraRiau.id - Luhut Binsar Pandjaitan rupanya pernah di Pekanbaru ikut sang ayah, Bonar Pandjaitan. Kala itu ayah Luhut bekerja di Caltex.

Caltex merupakam perusahaan minyak milik Amerika Serikat, sebelum berganti Chevron dan saat ini dialih kelola PT Pertamina Hulu Rokan.

Kala itu, Bonar tak ingin jadi tentara lagi. Ia terdampak penurunan pangkat massal yang membuatnya turun dari letnan dua ke pembantu letnan.

Keluarga Bonar pun sejahtera sejak bekerja di Caltex, namun ketenangannya terusik karena pada 1950-an bergejolak perlawanan terhadap pemerintah pusat dari Sumatera Barat dan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) berdiri.

Riau ternyata menjadi salah satu daerah yang terjangkit PRRI. Sejatinya, PRRI satu paket dengan Permesta di Sulawesi Utara.

Gara-gara gejolak tersebut, pasukan dari Jawa banyak yang dikirim ke daerah-daerah tersebut, termasuk Pekanbaru.

Pasukan Kompi A Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) dalam Tim Pasukan Kangguru yang berisikan melakukan terjun payung untuk merebut Ibu Kota Riau tersebut.

Kisah ini terungkap dari catatan Julius Pour dalam Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan.

"Siang hari itu juga pasukan ini malahan sudah berhasil menguasai Kota Pekanbaru," demikian Julius dikutip dari Riauonline.co.id--jaringan Suara.com, Minggu (29/10/2023).

Usai merebut Pekanbaru, pasukan Letnan Leonardus Benjamin Moerdani alias Benny Moerdani ditugaskan ke Medan, Sumatera Utara.

Benny merupakan komandan yang memimpin Pasukan Kangguru dan Kompi A RPKAD. Pasukannya merupakan bagian dari Operasi Tegas yang dipimpin Letnan Kolonel Kaharuddin Nasution.

Saat RPKAD menduduki Pekanbaru, Luhut Binsar Pandjaitan masih duduk di SD. Rupanya Luhut kecil 'jatuh cinta' dengan kegagahan pasukan baret merah.

"Saat itu, ia melihat kegagahan prajurit RPAKD yang baru saja mendarat di Pekanbaru," catat Noorca Massardi fi Biografi Luhut Binsar Pandjaitan.

RPKAD dengan prajurit yang tidak terlalu banyak mampu merebut Pekanbaru. Ini menjadi prestasi luar biasa bagi Republik Indonesia pada 1950-an. Peristiwa di Pekanbaru itu ternyata memberi kesan terhadap bocah yang disapa Luhut ini.

"Di Pekanbaru itulah, untuk pertama kalinya Luhut memantapkan tekad untuk menjadi prajurit RPKAD," sebut Noorca.

Meski begitu, Luhut muda tidak serta merta langsung bergabung dengan tentara. Menurut buku Tritura dan Hanura: Perjuangan Menumbangkan Orde Lama dan menegakkan Orde Baru, Luhut sempat kuliah, bahkan memimpin Presidium dari Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI).

KAPI bahkan turut mengguncang pemerintahan Presiden Soekarno yang dianggap angkatan 66 sebagai Orde Lama dan ikut mendirikan Orde Baru.

Luhut masuk Akademi Militer Nasional (AMN) di Magelang setelah Soeharto naik jadi pejabat presiden pada 1967.

Pemuda kelahiran Simargala, Toba Samosir pada 28 September 1947 itu lulus pada 1970 sebagai penerima Adhi Makayasa. Ia lulus bersama mantan KSAD Subagya Hadisiswoyo dan mantan Menteri Agama Fachrul Razi.

Namun RPKAD sudah tidak ada saat Luhut masih menjadi taruna di AMN. Tapi ada Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD) yang juga menggunakan baret merah.

Mimpinya untuk mengenakan baret merah pun berlanjut dengan bergabung dengan Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha), yang saat itu menggantikan Puspassus.

Load More