SuaraRiau.id - Pemerintah pusat mengklaim telah merestorasi lahan gambut di Riau seluas 209.977 hektare selama periode 2016-2022.
Restorasi itu dilakukan dengan berbagai kegiatan antara lain pembangunan sekat kanal sebanyak 1.618 unit, merevegetasi gambut seluas 140 hektare dan pemberian revitalisasi mata pencaharian masyarakat sebanyak 86 paket.
"Restorasi gambut merupakan upaya pemulihan ekosistem gambut terdegradasi agar kondisi hidrologis, struktur dan fungsinya berada pada kondisi pulih. Lahan gambut dapat menampung karbon," kata Kepala BRGM Hartono di Pekanbaru dikutip dari Antara, Selasa (8/8/2023).
Hartono mengungkapkan hal tersebut pada acara diskusi fokus grup kebijakan Riau Hijau dan keterpaduan lintas sektor dalam mendukung restorasi gambut di Universitas Riau (Unri).
Ia menyebut contoh restorasi gambut Riau yang sudah dilakukan itu seperti pada Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) Sungai Siak-Sungai Kampar sedangkan pengelolaan dilakukan oleh masyarakat dan sektor privat.
Hartono mengatakan pelaksanaan restorasi gambut di Riau dilakukan bersama beberapa mitra, antara lain Pemda, CSO/NGO, Perguruan Tinggi dan private sector.
"Sinergi dan kolaborasi dalam restorasi ekosistem gambut diharapkan akan mampu mengembalikan daya dukung ekosistem gambut guna mewujudkan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG)," katanya.
Hartono menyebut contoh KHG Sungai Siak-Sungai Kampar di Provinsi Riau merupakan model pertama pengelolaan gambut yang sistematis dan terpadu dalam mewujudkan restorasi gambut permanen mencapai target FOLU Net Sink 2030.
Konsep ideal FOLU Net Sink 2030 dapat terwujud jika seluruh pemangku kepentingan seperti Pemerintah Pusat, Pemprov, Pemkab, CSO, masyarakat dan swasta bersinergi. Ke depan kita berharap model ini dapat menjadi praktek terbaik untuk KHG-KHG lain.
Ia menjelaskan BRGM sebagai lembaga non struktural yang dibentuk untuk memfasilitasi percepatan restorasi gambut di tujuh provinsi prioritas dan percepatan rehabilitasi mangrove di 9 provinsi prioritas turut berkomitmen dalam mitigasi perubahan iklim.
Berita Terkait
-
Lebah Berikan Nilai Ekonomi, KPI Jadikan Warga Sungai Pakning Bertani di Sekitar Pekarangan
-
Kebijakan "Tanpa Deforestasi, Gambut, dan Eksploitasi" Berlaku Bagi Pengelolaan Sawit di Aceh
-
Laboratorium Alam Hutan Gambut Cimtrop di Palangka Raya Terbakar
-
Bandara Internasional Syamsudin Noor Banjarbaru Mulai Terdampak Kebakaran Lahan Gambut
-
Kebakaran Lahan Gambut di Pangkalan Bun
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Jualan Sepi usai Mualaf, Ruben Onsu Disarankan Minta Tolong ke Sarwendah
Pilihan
-
Zulkifli Hasan Temui Jokowi di Solo, Akui Ada Pembicaraan Soal Ekonomi Nasional
-
Trump Singgung Toyota Terlalu Nyaman Jualan Mobil di Amerika
-
APBN Kian Tekor, Prabowo Tarik Utang Baru Rp 250 Triliun
-
Prabowo 'Kebakaran Jenggot' Respons Tarif Trump, Buka Seluruh Kran Impor: Pengusaha Teriak Bumerang!
-
Solusi Pinjaman Syariah Tanpa Riba, Tenor Panjang dan Plafon Sampai Rp150 Juta!
Terkini
-
I Love Mutiara: BRI Dikenal sebagai Bank Paling Berpengalaman dalam Mendukung UMKM
-
Pro Kontra Pemkot Beli Alphard untuk Mobil Dinas, DPRD Pekanbaru: Bukan Barang Mewah
-
Riau Nomor Dua PHK Terbanyak se-Indonesia, Gubri Wahid Kasih Penjelasan
-
Mengenal Makan Bajambau, Tradisi yang Dihadiri Pejabat Tinggi Riau di Kampar
-
Panjang Lebar Penjelasan Ketua DPRD Pekanbaru soal Mobil Alphard untuk Dinas Wali Kota