Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Minggu, 19 Februari 2023 | 18:00 WIB
Puluhan hektare lahan yang terbakar di Kampung Temusai, Kecamatan Bunga Raya ternyata masuk wilayah HGU PT TKWL. [Suara.com/Alfat Handri]

Sementara, dari analisis aparat kepolisian, permasalahan karhutla dipicu faktor alam dan manusia. Dari faktor alam, kebakaran lahan gambut memang sulit dipadamkan, terlebih lagi kurangnya ketersediaan sumber air untuk pemadaman, serta musim kemarau yang memicu timbulnya titik api akibat gesekan ranting-ranting pohon.

Adapun dari faktor dari manusia, ada oknum warga yang sengaja membuka lahan untuk dibakar. Lalu, adanya oknum masyarakat yang kurang peduli, cenderung menutup-nutupi ada titik api, dan aktivitas pembalakan liar (illegal logging).

Bahkan, ada juga kebakaran lahan yang terjadi di konsesi perusahaan swasta yang memiliki lahan besar.

"Dengan sinergi serta kerja sama instansi terkait dan dibantu peran aktif dalam penanganan karhutla, insya Allah kita bersama dapat mewujudkan Riau bebas asap tahun 2023 ini," kata Kapolda Riau Irjen Pol Mohammad Iqbal.

Selain itu, sejumlah pihak swasta juga bersiaga mengantisipasi karhutla dengan rutin menggelar latihan atau simulasi pemadaman kebakaran lahan. Baru-baru ini sebuah produsen kertas di Siak menggelar simulasi pemadaman kebakaran lahan dengan mengangkut tim reaksi cepat menggunakan helikopter dan menurunkannya di lokasi munculnya api.

Selain itu, helikopter juga bolak-balik mengangkut 5.000 air dan menumpahkannya ke sekitar area kebakaran dengan tujuan supaya api tidak meluas ke daerah lain.

Dengan seringnya kebakaran hutan dan lahan di wilayah Riau, provinsi ini seharusnnya sudah berpengalaman dalam penanggulangannya, termasuk menangkap para pembakar yang sengaja menarik keuntungan dari kejadian ini, baik itu oknum masyarakat maupun pengusaha.

Sudah sekitar 3 tahun ini bencana karhutla di Riau ini tidak parah seperti tahun-tahun sebelumnya. Bisa jadi hal itu "terbantu" dengan adanya pandemi Covid-19 selama 2 tahun, dan musim hujan yang berlangsung lama dari biasanya.

Pada tahun ini, Covid-19 sudah mulai lenyap dan kemarau kering diprediksi terjadi, potensi karhutla pun sudah harus diantisipasi. Dengan pengalaman yang dimiliki, seharusnya karhutla bisa dicegah tanpa harus menyalahkan kondisi alam. (Antara)

Load More