Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Senin, 13 Juni 2022 | 17:33 WIB
Ilustrasi sapi kurban. [Ist]

SuaraRiau.id - Kepala Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Siak, drh Hj Susilawati memprediksi harga hewan kurban akan mengalami kenaikan harga seiring dengan mewabahnya penyakit mulut dan kuku (PMK).

"Diprediksi jelas akan terjadi peningkatan harga ternak kurban," kata Susilawati kepada SuaraRiau.id, Senin (13/6/2022).

Kendati terjadi kenaikan harga, kata Susi, stok hewan dan kebutuhan untuk kurban di Kabupaten Siak masih tergolong aman.

"Meskipun pedomannya dari kabupaten/kota lain tidak bisa memasukkan sapi ke Siak begitu juga sebaliknya, Siak tidak bisa mengeluarkan surat keterangan sehat ternak (DKKH) atau surat izin keluar ternak dari daerah Siak," jelasnya.

Menurut Susi, data kebutuhan kurban diambil dari tren angka kurban tahun-tahun sebelumnya.

"Potensial stok domba sebanyak 267 dan potensial stok Kambing sebanyak 2612 ekor," sebutnya.

Berikut data potensi stok hewan kurban dan kebutuhan terhadap hewan kurban. Potensi stok sapi 5.317, kerbau 145, kambing dan domba 2.879, sehingga totalnya 8.342 ekor.

Sementara kebutuhan sapi 2.798, kerbau 137, kambing dan domba 1.087. Ketika stok dikurang dengan angka kebutuhan, totalnya sapi 2.519, kerbau delapan, kambing dan domba 1.792.

Lebih lanjut, hingga saat ini, pihaknya terus melakukan upaya komunikasi dan bekerjasama dengan aparat kepolisian Polres Siak, melakukan sosialisasi di kantor camat dengan mengundang penghulu dan pedagang ternak.

“Kandang ternak juga kami pantau dengan menurunkan petugas kesehatan hewan didampingi bhabinkamtibmas dan babinsa," ungkap Susilawati

Untuk penyebab penyakit PMK ini, tambah Susi, yakni sebuah virus dan penularannya melalui udara sehingga sulit untuk dikendalikan.

"Kami telah melakukan pengobatan supportif berupa peningkatan stamina pada ternak yang sakit PMK," beber Susi.

Tidak hanya itu, pengobatan simptomatis untuk menghilangkan demam dan lainnya juga dilakukan untuk menghindari efek sekunder oleh bakteri atau infeksi yang dapat memperparah penyakit tersebut kepada hewan ternak.

“Sapi yang sakit tentunya kami sarankan untuk dilakukan isolasi dengan memisahkan sapi tersebut dari yang sehat,” ucap drh Susilawati.

Diakui Susi, saat ini pihaknya belum melakukan tindakan vaksinasi.

"Karena memang belum ada vaksin di provinsi dan kabupaten kota yang terjangkit. Pihaknya masih menunggu dari pusat, karena vaksin akan didatangkan dari luar negeri," tutur Drh Susilawati.

Belasan hewan suspek PMK, 5 di antaranya positif
Sedikitnya sebanyak 11 ekor hewan ternak warga jenis sapi yang terindikasi dan gejalanya sudah mengarah ke penyakit mulut dan kuku (PMK).

Jumlah tersebut merupakan hasil dari laporan petugas di laboratorium terkait kondisi terakhir hewan ternak sapi yang terindikasi PMK di Siak.

Menurut Susilawati, angka tersebut bisa saja bertambah. Adapun data kasus PMK hingga Sabtu (11/6/2022) malam sebagai berikut.

Kecamatan Dayun, satu ekor di Kampung Banjar Seminai. Di Kecamatan Tualang ada 10 ekor, delapan berada di Kampung Maredan, satu di Perawang Barat dan satu ekor di Kampung Tualang.

"Jumlah tersebut sudah masuk empat sapi di Kampung Maredan yang positif PMK hasil Laboratorium Balai Veteriner Bukittinggi," jelas drh Susilawati.

Kontributor : Alfat Handri

Load More