Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Minggu, 20 Maret 2022 | 12:11 WIB
Ilustrasi seorang pedagang menjual minyak goreng. [Suara.com/Citra Ningsih]

SuaraRiau.id - Pencabutan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng per 17 Maret 2022 membuat sejumlah ibu-ibu di Pekanbaru mengeluhkan kebutuhan pokok tersebut.

Emak-emak mempermasalahkan warung yang masih enggan menjual minyak goreng kemasan maupun curah.

Pina seorang ibu rumah tangga setempat juga mengeluhkan warung yang tidak menjual minyak goreng.

Ia pun terpaksa mencari ke supermarket meski harganya mahal harganya dan harus membeli kemasan jumlah minimal 1 liter bahkan 2 liter.

Hal ini menyulitkan keuangan bagi keluarga ekonomi menengah ke bawah yang belanja hariannya pas-pasan cukup sehari sebab bisa habis hanya untuk membeli minyak goreng saja belum lauk-pauk dan beras.

"Padahal dulu sebelum gejolak ini terjadi ia bisa mendapati minyak goreng kemasan ketengan 1/4 kg atau ukuran gelas, sesuai kemampuan keuangan," katanya kepada Antara, Minggu (20/3/2022).

Sementara, Ros (40) pemilik warung harian di Jalan Fajar mengaku sudah tiga pekan ini tak menjual minyak goreng akibat khawatir merugi, ia bahkan hanya menghabiskan stok lama saja setelah itu tidak membeli lagi.

"Modalnya mahal, walau sempat ada minyak subsidi kemarin itu tetapi stok tidak tersedia di pasar sehingga saya tidak jual minyak goreng dulu ," katanya.

Sementara itu pantauan Antara di sejumlah super market dan retail moderen Pekanbaru, pengelola baru menjual minyak kemasan dalam jumlah terbatas.

Hal ini diakui Regional Corporate Communication Manager Alfamart Muhammad Afran, sesuai dengan aturan berlaku.

Load More