Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Kamis, 16 September 2021 | 20:02 WIB
Tangkapan layar santri tutup telinga saat mendengar musik. [instagram]

SuaraRiau.id - Video yang memperlihatkan sejumlah santri tutup telinga saat mendengar musik di lokasi vaksinasi Covid-19 mendapat perhatian banyak kalangan.

Ketua Cyber Indonesia Husin Shihab pun ikut menanggapi peristiwa yang viral di media sosial itu. Namun, saat dimintai pandangan soal santri tutup kuping di live stasiun tvOne, Husin mengeluarkan kata-kata jorok sebagai contoh.

Gara-gara pernyataan Husin Shihab tersebut, ia pun ditegur presenter acara televisi. Dalam pandangannya, Husin Shihab mengatakan santri mestinya nggak perlu tutup kuping kalau lirik musik itu tidak mengandung hal-hal atau kata jorok.

Saat menjelaskan pandangannya, Husin mendetailkan kata-kata jorok dalam musik atau lagu barat yang patut membuat santri tutup telinga, apalagi ini santri penghafal Alquran.

“Kalau sekedar lagu santai misalnya tentang kehidupan, tentang kecintaan, lagu arab dengan bahasa cinta, itu bukan berarti tutup telinga. Kecuali lagu baratnya itu jorok. Misal ada bahasa kayak f*ck, M* atau gimana. Kalau nggak jorok itu…,” ujar Husin dikutip dari Hops.id--jaringan Suara.com, Kamis (16/9/2021).

Penjelasan Husin yang menyebut kata-kata kotor membuat pesenter TV langsung menegur dengan memotong pembicaraannya.

“Maaf pak Husin ini kan sedang live, mungkin lebih sopan dikit (bahasanya)” ucap sang presenter menegur Husin Shihab yang berkata jorok.

Husein langsung menghaluskan bahasanya dalam penjelasan soal musik dan santri.

“Ya itu tadi yang disebutkan tadi kalau jorok, saya dukung santri tutup telinga saja,” jelasnya.

Setelah itu, Husin kemudian memisalkan kalau ternyata dalam video yang viral itu, musik yang muncul adalah musik yang santai tapi santri penghafal Alquran tutup telinga, baru bisa jadi masalah.

“Kalau saya bilang, kalau tutup telinga itu (musiknya) bahasanya vulgar. Tapi kalau bahasanya nggak jorok, santai saja, lagu barat biasa, perlu dipertanyakan paham yang diajarkan pada santri. Apakah paham radikalisme atau fanatisme,” ujarnya.

Lebih jauh, Husin mengatakan perlu mewaspadai potensi ajaran atau dogma yang fundamentalis soal larangan dengar musik. Sebab Husin meyakini ajaran fundamental masih kok menyebar di tingkat pendidikan anak.

Dia sendiri mengaku punya bukti kok ada ustaz yang ngajarin dogma santrinya haram dengerin musik.

“Kalau kita amatin kondisinya Indonesia seperti itu, ada paham yang terus orang jadi konsumsi publik yang mana dogma fanatisme beragama, dogma paham radikal, dogma HTI mulai masuk ke negeri ini, cuma kita sadar nggak sadar masyarakat Indonesia lebih awam ya,” tegas Husin Shihab.

Load More