SuaraRiau.id - Sejumlah pihak mulai bergerak untuk menghadapi ancaman kebakaran hutan dan lahan atau karhutla saat memasuki musim kemarau ini.
Beberapa hal yang dilakukan antara lain kegiatan deteksi dini, pencegahan, dan edukasi kepada masyarakat sebagai beberapa langkah penting dari upaya kunci berbagai pihak.
Salah satu pihak yang gencar melakukan hal tersebut adalah Manggala Agni. Manggala Agni garda terdepan pengendalian karhutla di lapangan.
Seorang petugas Manggala Agni Jambi, Kuswara, mengatakan ada ungkapan bijak darinya terkait dengan karhutla, yakni “Api kecil menjadi teman, Api besar menjadi lawan”.
Sepenggal kalimat itulah yang selalu memotivasi dirinya selama menjalani pekerjaan sebagai polisi hutan di Provinsi Jambi.
Bapak tiga anak tersebut, saat ini menjabat sebagai Kepala Daerah Operasi Manggala Agni Muara Tebo, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sebagian besar hidupnya, dihabiskan untuk mengendalikan karhutla di Jambi.
Menjadi polisi hutan bukanlah pekerjaan yang mudah mengingat karhutla di Indonesia, terutama di Jambi, selalu terjadi setiap tahun. Selama 14 tahun lamanya, Kuswara berjibaku dalam mengendalikan karhutla di daerah itu.
Berdasarkan pengalamannya menjaga hutan, dia melihat pemicu karhutla sebagian besar bersumber dari ulah manusia.
"Di lapangan, kami dan tim selalu mengingatkan warga agar tidak membakar lahan. Risikonya terlalu besar dan terlalu mahal harga yang harus dibayarkan," kata dia dikutip dari Antara, Minggu (1/8/2021).
Baca Juga: Rapat Soal Pembangunan Infrastruktur Jambi, Luhut: Lihat Kegunaannya Dulu Sebelum Bangun
Pria asal Kabupaten Garut, Jawa Barat ini, menuturkan suka duka selama bertugas sebagai anggota Manggala Agni.
Bisa dibilang, Kuswara lebih banyak menghabiskan waktu di tengah hutan ketimbang di ruangan kantor.
Tidak hanya hitungan hari, bahkan bisa berminggu-minggu, dia melakukan patroli di hutan ketimbang bersama keluarganya.
Dalam mengantisipasi karhutla, tim Manggala Agni Jambi kerap memberikan sosialisasi kepada masyarakat, agar tidak membakar lahan, baik seusai panen maupun saat membuka lahan. Namun, upaya sosialisasi tersebut kerap mendapat perlawanan dari masyarakat.
Suatu ketika, Kuswara sempat diacungi parang oleh masyarakat saat bertugas. Hujatan dan makian pun sudah sering dihadapi sehingga terkesan menjadi hal biasa.
Kebiasaan membakar lahan dan hutan masih dipandang sebagai cara paling murah dan cepat bagi masyarakat dalam membuka lahan atau seusai panen.
Berita Terkait
Terpopuler
- Tahta Bambang Pacul di Jateng Runtuh Usai 'Sentilan' Pedas Megawati
- Putrinya Bukan Darah Daging Ridwan Kamil, Lisa Mariana: Berarti Anak Tuyul
- 5 Sepatu Onitsuka Tiger Terbaik untuk Jalan Kaki Seharian: Anti Pegal dan Tetap Stylish
- Bukan Dean Zandbergen, Penyerang Keturunan Ini akan Dampingi Miliano Jonathans di Timnas Indonesia?
- Elkan Baggott Curhat ke Jordi Amat: Saya Harus Seperti Apa?
Pilihan
-
Menko Airlangga: Tidak Ada Negara yang Bisa Tumbuh Konsisten di 5 Persen
-
Anggaran MBG vs BPJS Kesehatan: Analisis Alokasi Jumbo Pemerintah di RAPBN 2026
-
Sri Mulyani Disebut Pihak yang Restui Tunjangan Rumah DPR Rp50 Juta Per Bulan
-
Sri Mulyani Berencana Naikkan Iuran BPJS Kesehatan 4 Bulan Lagi
-
Viral Noel Ebenezer Sebut Prabowo Ancaman Demokrasi dan Kemanusiaan
Terkini
-
Dukung Putra-putri Terbaik Bangsa, BRI Apresiasi Anggota dan Pendukung Paskibraka Nasional
-
Harga Sawit Riau Naik Lagi, Simak Daftar Lengkap untuk Semua Umur
-
PNM Mekaarpreneur, Membuka Jalan Pengusaha Ultra Mikro Menuju Pasar Lebih Luas
-
Siapa Sosok Ideal Sekda Siak? Inilah Profil Singkat 4 Calon dan Sepak Terjangnya
-
Oknum Guru di Kampar Diduga Lecehkan 3 Siswi, Begini Modusnya