SuaraRiau.id - Rencana pemerintah yang akan memungut Pajak Pertambahan Nilai atau PPN sembako, jasa pendidikan termasuk sekolah, hingga jasa kesehatan menuai kontroversi.
Kabar sekolah hingga sembako kena tersebut memang tercantum dalam draft Revisi Kelima UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (RUU KUP).
Publik lantas resah karena pemungutan PPN untuk barang dan jasa yang selama ini bebas pajak berarti membuat harga-harga melonjak di pasar.
Belum lagi jika rantai pasok bermasalah. Kenaikan harga bahan pangan yang luar biasa fantastisnya tak bisa terelakkan.
Politisi PDI Perjuangan Deddy Sitorus mengatakan munculnya isu ini sebaiknya tidak ditanggapi berlebihan. Menurutnya, sampai saat ini RUU tersebut belum dibahas oleh DPR.
“Tapi saya mau bilang begini, bahwa prinsip yang berlaku di semua negara segala produk dan jasa itu dipajakin, di seluruh negara. Nah kita masih termasuk negara yang masih sangat rendah,” kata dia dikutip dari Hops.id--jaringan Suara.com, Rabu (16/6/2021).
Jika melihat data yang disampaikan, angkanya masih ada di kisaran 10 persen. Sedangkan di 127 negara itu sudah masing-masing 15 persen.
“Jadi kalau bicara soal relaksasi kemudahan pajak, kita ini hebat.” kata dia.
Deddy kemudian juga menyebut soal belanja sosial Indonesia yang ada di kisaran 16 persenan.
Di mana banyak negara berkembang rata-rata sudah sekira 30 persenan. Baginya, dengan adanya pajak sembako, pajak sekolah dan lainnya, bukan berarti pemerintah keji.
Melainkan untuk meningkatkan kebutuhan mensiasati kondisi pandemi, atau bahkan menyiapkan pemulihan pasca pandemi. Itu yang menurut dia harus dilihat jernih oleh publik.
“Pajak adalah instrumen negara untuk melahirkan keadilan. Jadi kalau pemerintah disebut kejam, saya kira itu pernyataan yang disampaikan Mardani (Politisi PKS) itu kejam, bahkan keji kalau menurut saya.” sebut dia.
Sebab baginya tidak mungkin pemerintah sengaja membuat masyarakat menderita dengan adanya kenaikan pajak.
“Tidak mungkin Pemerintah ingin masyarakat menderita dengan kenaikan pajak. Soal angka nanti dibicarakan di DPR, daripada ribut sekarang barangnya juga belum jelas, karena hanya bikin gaduh saja.” ungkapnya.
Berita Terkait
-
Sindiran Puan ke Ganjar Dibalas Publik: Pemimpin Bukan di Medsos tapi Baliho
-
Ganjar Pranowo Ungguli Prabowo dan Anies, Hasil Survei SMRC
-
Ganjar Pranowo Berpeluang Didukung PKS, Denny Siregar: Lucunya Kelewatan
-
Ganjar Diprediksi Tidak Berani Maju Capres Meski Didukung Partai Lain, Ini Alasannya
-
PDIP Persilakan Ganjar Maju Capres Dengan Partai Lain: Menuju Gerindra, Golkar atau PKB?
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
BRI Raih Penghargaan Impactful Grassroots Economic Empowerment
-
PHR Cetak Teknisi AC Terampil Wujudkan SDM Siak Berdaya Saing
-
3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
-
Masalah Jerawat Butuh Solusi Dokter, Berhenti Gonta-ganti Skincare
-
3 Mobil Bekas Toyota 60 Jutaan untuk Harian: Mesin Bandel, Mudah Perawatan