Scroll untuk membaca artikel
Rima Sekarani Imamun Nissa | Rosiana Chozanah
Minggu, 02 Mei 2021 | 15:28 WIB
Ilustrasi nyeri leher dan pinggang. (Shutterstock)

SuaraRiau.id - Tak sengaja menelan tulang ikan bisa menjadi sangat berbahaya. Pada kasus tertentu, dokter bahkan perlu melakukan prosedur operasi.

Seorang wanita berusia 54 tahun asal Malaysia menderita sakit di lehernya. Hal itu akibat tulang ikan yang tak sengaja ia telan menembus tenggorokan dan tertanam di otot lehernya.

Berdasarkan studi kasus yang terbit di The Journal of Emergency Medicine pada 15 April lalu ini, kasus tersebut berawal saat wanita paruh baya itu makan ikan haring serigala panggang.

Tiba-tiba ia mengalami rasa sakit menyiksa di tenggorokannya, bersamaan dengan sensasi seperti ada sesuatu yang tersangkut di dalam sana.

Baca Juga: Biar Puasanya Kuat, Hindari Makanan Ini selama Bulan Ramadhan

Sang wanita pun mencoba mengeluarkannya dengan membuat dirinya muntah, tapi malah semakin membuat kondisinya memburuk. Ia mulai kehabisan napas dan lehernya membengkak.

Ia pun ke Rumah Sakit Selayang dan segera diarahkan langsung ke ruang gawat darurat, lapor Live Science.

Ilustrasi tulang ikan tersangkut [shutterstock]

Dokter memperhatikan ada suara berderak yang disebut krepitasi, yakni suatu kondisi disebabkan oleh tulang yang saling bergesekan atau sendi berderit. Ini bisa terjadi saat gelembung udara masuk ke lapisan jaringan di bawah kulit.

Mulanya dokter tidak dapat menemukan tulang ikan yang tertelan, bahkan saat sang dokter memeriksanya secara visual dan menggunakan X-ray.

Setelah menjalani CT scan, baru bisa tampak tulang berukuran 5,1 cm tertanam di otot leher besar yang dikenal sebagai otot sternokleidomastoid.

Baca Juga: Pertama di Dunia, Dokter Berhasil Melakukan Transplantasi Trakea!

Insiden ini sebenarnya sangat umum. Hanya saja, biasanya dokter menemukan tulang ikan akan tersangkut di tenggorokan bagian atas dan dapat secara mudah dikeluarkan.

"Tulang ikan yang tertanam seperti pada kasus wanita ini sangat jarang terjadi," ungkap penulis studi kasus.

Dokter menduga gerakan lidah dan leher yang keras membantu mendorong tulang melalui selaput tenggorokan, lalu berpindah ke otot lehernya.

Sementara itu, krepitasi yang dialami pasien bisa terjadi akibat muntah yang terjadi secara kuat, menyebabkan kantung udara kecil di paru-paru pecah.

Udara yang dilepaskan mengalir di sepanjang pembuluh darah ke leher menghasilkan udara yang terperangkap di bawah kulit, disebut emfisema subkutan.

Akibatnya, sang wanita memerlukan pembedahan untuk mengambil tulang ikan tersebut. Setelahnya, ia mendapat resep obat antibiotik untuk mencegah infeksi.

Setelah lima hari menjalani perawatan di rumah sakit, gejalanya, termasuk emfisema subkutan, telah sembuh sehingga wanita tersebut bisa pulang.

Load More