Scroll untuk membaca artikel
Eko Faizin
Senin, 29 Maret 2021 | 17:54 WIB
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko bersama ratusan diaspora Indonesia di Amerika Serikat dalam program KSP Mendengar. Kegiatan berlangsung secara online dari Gedung Bina Graha Jakarta, Selasa (23/32021) / [KSP]

SuaraRiau.id - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko yang juga Ketua Umum Partai Demokrat hasil Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang akhirnya buka suara soal isu di tubuh partai berlambang mercy tersebut.

Moeldoko mengaku mengaku khilaf dan menegaskan lagi jangan bawa-bawa Presiden Joko Widodo dalam kemelut Partai Demokrat.

Ia menyatakan manuver menjadi Ketua Umum Partai Demokrat adalah tindakannya pribadi dan tak ada sangkut pautnya dengan Istana serta Jokowi.

Dalam video kanal Youtube Bang MA Official, Moeldoko mengaku tidak memberitahu soal manuvernya di Demokrat kepada keluarganya.

“Saya juga khilaf sebagai manusia biasa tidak memberitahu kepada istri dan keluarga saya, atas keputusan yang saya ambil (menjadi ketua umum Partai Demokrat di KLB)” ujarnya dikutip dari Hops.id--jaringan Suara.com, Senin (29/3/2021).

Ia mengakui merasa bersalah pada keluarga. Namun, kata Moeldoko, ia sudah siap dengan segala risiko dengan manuver dalam KLB Partai Demokrat.

Menurutnya, manuvernya itu bukan cuma urusan Parpol saja, ada yang lebih dari itu.

“Tetapi saya biasa mengambil risiko seperti ini. Apalagi demi kepentingan bangsa dan negara, Untuk itu jangan bawa-bawa Presiden dalam persoalan ini,” ujar dia.

Lebih lanjut, Moeldoko juga menjelaskan alasan kenapa dia menerima pinangan untuk jadi Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB.

Ia berdalih, bukan dia yang minta untuk masuk di Demokrat. Justru ada internal atau kader Partai Demokrat yang memintanya pimpin parpol ini.

“Saya ini orang yang didaulat untuk memimpin Demokrat. Kekisruhan sudah terjadi karena demokrasi sudah bergeser dari Demokrat,” sebutnya.

Selanjutnya dia mengatakan ada situasi khusus dalam perpolitikan nasional mutakhir ini, yakni terjadi pertarungan ideologis kuat jelang 2024.

Kata Moeldoko, pertarungan ini terstruktur dan gampang dikenali tapi menjadi tantangan Indonesia Emas 2045.

“Ada kecederungan tarikan ideologis juga terjadi di Demokrat, makanya ini bukan cuma menyelamatkan Demokrat tapi bangsa dan negara. Untuk itu semua berujung pada keputusan saya menerima permintaan untuk memimpin Demokrat,” ujar mantan Panglima TNI tersebut.

Ia mengaku makin mantap memimpin Demokrat setelah menyaksikan sendiri angin perubahan yang muncul dalam peserta KLB Demokrat. Buktinya, Moeldoko mengulas tiga pertanyaannya di podium kepada peserta KLB di Deli Serdang, dijawab dengan semangat perubahan dari kader Demokrat.

“Tetapi setelah tiga pertanyaan kepada peserta KLB yang saya ajukan, dijawab dengan baik oleh rekan rekan sekalian, semua dijawab dengan gemuruh maka baru saya buat keputusan,” jelasnya.

Load More