Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat dijalani Stephanie, sejak itulah jiwanya ditempa menjadi orang yang benar-benar peka terhadap penderitaan masyarakat di daerah krisis kesehatan.
"Saya di doctorSHARE sudah 10 tahun, dan 3 tahun terakhir diangkat jadi karyawan tetapnya. Jadi saya berpartisipasi sebagai koordinator untuk program manajer RS Apung milik yayasan dokter peduli," ungkapnya.
Sebagai relawan medis, Stephanie sudah cukup berpengalaman memberikan pelayanan langsung di berbagai daerah. Hampir semua wilayah di Indonesia pernah ditempuh. Wajah-wajah baru dan pengalaman kerelawanan didapatinya di masa mudanya ini.
Pahit getir kisah perjalanan pengabdian itu juga dilaluinya dengan suka cita.
"Kalau daerah yang sudah ditempuh cukup banyak, saya lupa persisnya. Tapi saya sudah pernah ke Aceh sampai Papua. Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, NTT, NTB, Maluku, Papua, semua sudah, tapi mungkin gak semua bagian Papua dan Maluku sudah didatangi. Kalau ditarik sih, dari Aceh sampai Papua saya sudah pernah melakukan pelayanan," ujarnya.
Saat berada di daerah terpencil, terutama di Indonesia bagian timur, Stephanie kerap kali mengalami kendala-kendala serius, utamanya yaitu soal akses dan transportasi yang sulit. Ditambah lagi jaringan telepon yang tak selamanya ada.
Kisah-kisah pilu itu dilaluinya bersama para relawan lain di daerah terpencil saat berada jauh dari ibu kota Jakarta. Namun kebersamaan dan saling melengkapi membuat mereka kuat menghadapi segala macam rintangan.
"Saya pernah gak bisa pulang ke Jakarta, karena pesawat yang harusnya berangkat rusak. Jadi di daerah terpencil itu namanya pesawat perintis, itu gak setiap hari masuk, gak ada moda transportasi lain, pesawat itu pun jadwalnya seminggu dua kali, ada juga kapal yang jadwalnya seminggu sekali," tuturnya.
Jika moda transportasi massal rusak, maka dia pun hanya bisa pasrah menunggu hingga situasi pulih. Sebab tidak ada pilihan lain yang bisa dilakukan untuk mencapai tempat tujuan.
Sedih lihat kesehatan di Indonesia bagian timur
Di sisi lain, Stephanie sempat terbesit memikirkan mengapa di Indonesia bagian timur masih banyak akses yang sulit dan fasilitas kesehatan yang juga belum sepadan. Menurutnya hal itu tidak seperti di Indonesia bagian barat, di kawasan Jawa dan Sumatera yang rata-rata sudah bagus.
Berita Terkait
-
Secawan Kopi, Menikmati Kopi dan Hidangan Khas Bengkalis di Pekanbaru
-
Heboh Napi Dugem dan Pesta Narkoba di Rutan Pekanbaru, Komisi XIII DPR: Usut Tuntas!
-
9 Kuliner Khas Lezat Pekanbaru yang Bikin Wisatawan Jatuh Hati
-
Menikmati Lupis di Warung Lintau Pekanbaru, Cita Rasa Tak Terlupakan
-
Menikmati Hidangan Istimewa dan Kuah Gurih di Sup Tunjang Pertama Pekanbaru
Terpopuler
- Selamat Tinggal Denny Landzaat, Bisa Cabut dari Patrick Kluivert
- Selamat Datang Pascal Struijk di Timnas Indonesia, Ini Bisa Bikin China Ketar-ketir
- 5 Motor Bekas Murah Harga Rp2 Jutaan: Semurah Sepeda Listrik, Mesin Bandel
- CEK FAKTA: Link Rekrutmen Koperasi Desa Merah Putih, Gaji Capai Rp8 Juta
- 7 Rekomendasi Sunscreen Korea Terbaik Dunia, Tersedia di Indonesia
Pilihan
-
Dilepeh Ajax, Simon Tahamata Kirim Sinyal Mau Jadi Dirtek Timnas Indonesia?
-
Tunda Pesta Juara Persib! Malut United Bongkar Cara Jinakkan Maung Bandung
-
Bali Blackout, Update Terkini Listrik di Pulau Dewata Padam
-
Sekolah Perintis Peradaban Magelang: Mengajar Anak Menjadi Tuan atas Diri Sendiri
-
Prabowo Bakal Kenakan Tarif Pajak Tinggi Buat Orang Kaya RI
Terkini
-
Peluang Ekspor Besar, Tangkal Kawung: Gula Aren Makin Digemari
-
Riau Menuju Smartprovince, Gaungkan Literasi Digital Kedepankan Nilai Melayu
-
Dari Atap Bocor ke Semangat Baru: BRI Peduli Ini Sekolahku Hadirkan Harapan
-
DANA Kaget buat Jajan Cilok, Khusus Momen Hari Pendidikan Nasional
-
Telah Diundi Akhir April, Selamat pada Para Pemenang BRImo FSTVL 2024!