"Kami manen berdua, kadang bertiga, satu ton dibayar Rp250 ribu sampai Rp300 ribu, nanti hasilnya itu kami bagi lah bertiga," beber Yogi.
Namun, tambah Yogi, bukan persoalan besaran upah yang diterima, tapi situasi banjir yang berkepanjangan menyebabkan banyak kebun tak bisa dipanen lantaran air terlalu dalam.
"Kalau besaran upah tak jadi soal. Tali banyak kebun tak bisa panen lantaran banjir. Kalaupun bisa panen, itu sangat menguras tenaga," kata Yogi.
Kendati demikian, Yogi tetap bersyukur, lantaran ia masih bisa memberi beras untuk keluarganya di rumah.
Baca Juga:Ribut-ribut PSU Siak: Temuan Money Politic Diplenokan, Tiga Nama Disebut Terlibat
"Tetap bersyukur aja di situasi ini, jangan sampai nanti kita dibilang pemalas sama keluarga," curhatnya.
Riau Siaga Darurat Hidrometeorologi
Diketahui, Provinsi Riau memperpanjang status Siaga Darurat Penanggulangan Bencana Hidrometeorologi hingga 31 Maret 2025.
Kepala BPBD Riau M Edy Afrizal mengatakan, Surat Keputusan (SK) perpanjangan status Siaga Darurat Penanggulangan Bencana Hidrometeorologi itu sudah diteken Pj Gubernur Riau Rahman Hadi.
"Dengan begitu, Riau resmi menetapkan status siaga bajir, tanah longsor, dan angin puting beliung hingga 31 Maret," jelas Edy (31/1/2025).
Baca Juga:Banjir Jalintim Pelalawan Berangsur Surut, Pengaruh Debit Air PLTA Koto Panjang
Berdasarkan data BPBD dan Damkar Riau, banjir sudah menggenangi di enam daerah di provinsi tersebut. Daerah-daerah ini yakni Rokan Hulu (Rohul), Pekanbaru, Kampar, Indragiri Hulu (Inhu), Kuantan Singingi (Kuansing) dan Pelalawan.
Kontributor : Alfat Handri