Era Disrupsi Bukan Hal Baru dalam Islam, Ini Penjelasan Ustaz Adi Hidayat

Disrupsi secara umum digunakan untuk menggambarkan fitnah yang terjadi akibat lompatan teknologi.

Eko Faizin
Kamis, 07 April 2022 | 14:19 WIB
Era Disrupsi Bukan Hal Baru dalam Islam, Ini Penjelasan Ustaz Adi Hidayat
Tangkapan layar video Ustaz Adi Hidayat. [Youtube Adi Hidayat Official]

SuaraRiau.id - Disrupsi menjadi salah satu kata populer dalam satu dekade terakhir yang kerap terdengar belakangan ini. Menurut KBBI, disrupsi mempunyai makna sebagai fenomena sosial yang tercerabut dari akar nilainya.

Disrupsi secara umum digunakan untuk menggambarkan fitnah yang terjadi akibat lompatan teknologi.

Meski baru populer, Ustaz Adi Hidayat mengungkapkan bahwa disrupsi sebagai hal biasa yang menjadi fitrah kehidupan manusia di bumi.

Adi Hidayat dalam Pengajian Ramadan 1443 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Rabu (6/4/2022) pagi, menyampaikan bahwa ternyata makna disrupsi bukan hal baru di dalam tradisi Islam.

Ustaz Adi lalu mengutip ayat 30-33 Surat AlBaqarah. Ulama muda Muhammadiyah itu menyatakan, kesangsian malaikat di ayat ini terkait misi khalifah manusia mengisyaratkan potensi terjadinya disrupsi.

Selain ayat-ayat Alquran, Adi Hidayat menyebut bahwa tema-tema disrupsi juga telah menjadi peringatan Rasulullah SAW.

"Sebagai contohnya, hadis-hadis riwayat Muslim sering memuat tentang kabar-kabar disrupsi akhir zaman dan tanda-tanda kiamat." katanya dikutip dari laman Muhammadiyah.or.id, Kamis (7/4/2022).

Hadis-hadis, kata Ustaz Adi, itu bahkan banyak yang telah terjadi.

Misalnya dicabutnya para ulama yang diartikan sebagai banyaknya para ahli otoritatif di berbagai bidang keilmuan meninggal dan tidak memiliki pengganti.

Selain itu, tanda akhir zaman adalah ketika waktu bisa didekatkan dan pasar-pasar berdekatan.

"Lewat teknologi video call real time dan online shop yang mudah diakses, hadis itu semakin relevan," jelas Adi Hidayat.

Untuk menyikapi fenomena ini, Adi menyebut solusinya adalah mengedepankan dakwah dengan pendekatan aspek hikmah dibandingkan dengan pendekatan fikih.

Mengutip Albaqarah ayat 129, Adi mengatakan bahwa pendekatan hikmah adalah metode para nabi dan rasul.

Di samping pendekatan hikmah, hal yang perlu dilakukan adalah melakukan mitigasi sebagaimana Rasulullah pada saat mengutus Muadz ibn Jabal ke Yaman. Pemetaan tantangan zaman dan kebutuhan sekaligus sosiologis umat mempengaruhi kesuksesan dakwah.

“Ternyata kalau kita padukan dengan Surat Lukman ayat ke-12 sampai 13, lalu dikonfirmasi lewat perilaku sesuai tema pengajian ini (Aktualisasi Perilaku Islami yang Mencerahkan di Era Disrupsi) dan Alquran 16 ayat 125, lahir perilaku mencerahkan di era disrupsi,” tegas Ustaz Adi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini