SuaraRiau.id - Pemerintahan Presiden Jokowi mengecat ulang pesawat kepresidenan dengan warna merah-putih. Dimana selama ini warna pesawat presiden tersebut biru muda-putih peninggalan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika menjabat.
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi kala itu, saat peluncuran 10 April 2014, berkata bahwa warna biru dipilih karena alasan keamanan. Ia menyebut biru sebagai warna kamuflase.
"Warna biru di dalam arti security penerbangan. Warna biru bisa berkamuflase sehingga bisa sama dengan warna langit," kata Sudi ketika itu dilansir dari Batamnews.co.id--jaringan Suara.com, Kamis (5/8/2021).
Mensesneg saat itu membantah pemilihan warna biru politis. Dugaan itu muncul karena biru juga dipakai oleh Partai Demokrat, partai penguasa saat itu.
Dia menegaskan tak ada pesanan dari Presiden SBY soal pemilihan warna pesawat kepresidenan.
Menurutnya saat itu, ada 14 kandidat warna pesawat. Namun, biru dipilih karena alasan keamanan.
"Memang kenapa? Apa ada masalah dengan warna? Lagipula warna ini bukan pilihan Presiden untuk menentukan, kenapa biru, di sini ada desainer juga," ucap Sudi.
Kembali soal warna pesawat, pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi menyebut pewarnaan pesawat kepresidenan merujuk pada aspek keselamatan.
Biasanya, kata dia, pesawat untuk kepala negara menggunakan warna standar kamuflase di udara, yaitu biru dan putih.
Fahmi menilai warna pesawat kepresidenan Indonesia sebelumnya sudah memerhatikan aspek keamanan.
Hal yang sama juga dilakukan sejumlah negara. Misalnya, China yang mengecat pesawat kepresidenan dengan warna putih-biru meski punya bendera berwarna merah.
"Pilihan biru-putih yang digunakan ya warna yang direkomendasikan sebagai kamuflase atau penyamaran di udara," kata Fahmi pada Rabu (4/8/2021).
"Kendaraan pengangkut kepala negara yang juga simbol negara jadi tentu saja aspek keselamatan dan keamanan penerbangan menjadi hal yang sangat penting," sambungnya.
Fahmi menyebut bahwa pemilihan warna merah untuk pesawat kepresidenan kurang tepat. Terlebih lagi jika mengingat alasan Istana memilih warna merah putih, yakni sesuai warna bendera.
Menurutnya, simbol warna bendera cukup diwakili gambar bendera Merah Putih di ekor pesawat.
Tak hanya itu, ia menegaskan hal paling utama dalam pewarnaan pesawat kepresidenan adalah keselamatan.
"Kalau saya bilang ini cenderung mengabaikan aspek keamanan ketika ada pergantian warna menjadi warna yang mencolok merah putih ini," katanya.
Sementara itu sebelumnya, pengecatan ulang pesawat kepresidenan mendapat sorotan dari pengamat penerbangan Alvin Lie. Ia mempertanyakan urgensi pengecatan ulang pesawat presiden.
Menurut Alvin Lie, cat ulang pesawat ini ditaksir bisa menelan biaya hingga Rp 2 miliar. Padahal, masyarakat sedang kesulitan di tengah krisis akibat pandemi Covid-19.
Di lain pihak, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono mengatakan bahwa rencana pengecatan pesawat tersebut telah dicanangkan sejak 2019.
Heru membantah pengecatan ulang pesawat ini sebagai pemborosan di tengah pandemi. Pengecatan pesawat itu juga sebenarnya dalam rangka HUT ke-75 RI pada 2020.
Namun, pengecatan tak bisa langsung dilakukan karena pesawat itu belum memasuki waktu perawatan rutin tahun lalu.