Buntut Penggusuran Pasar di Batam, Massa Gelar Unjuk Rasa Bawa Jenazah

Dalam aksi unjuk rasa itu hanya berlangsung singkat.

Eko Faizin
Kamis, 29 Juli 2021 | 10:59 WIB
Buntut Penggusuran Pasar di Batam, Massa Gelar Unjuk Rasa Bawa Jenazah
Ilustrasi mayat/ kamar mayat/ jenazah. (Shutterstock)

SuaraRiau.id - Massa mendatangi Kantor DPRD dan Pemkot Batam, Kepulauan Riau (Kepri) pada Rabu (28/7/2021).

Unjuk rasa dilakukan pasca meninggalnya seorang warga, Fransisca (42), saat penggusuran Pasar Induk Jodoh. Mereka meminta pemerintah bertanggungjawab.

Mendiang Fransisca diduga meninggal akibat kelelahan dan sakit saat tim gabungan datang untuk merobohkan bangunan Pasar Induk.

Diketahui, penggusuran Pasar Induk Jodoh itu terjadi, Senin (26/7/2021).

Dalam aksi unjuk rasa itu hanya berlangsung singkat. Pada awalnya massa masuk ke kawasan depan kantor Wali Kota Batam.

Massa ketika itu meminta Wali Kota Batam untuk keluar menemui mereka, namun keinginan tersebut tidak terwujud.

Melansir Batamnews.co.id--jaringan Suara.com, setelah itu massa menuju kantor DPRD Batam, hal senada juga disampaikan mereka.

Pengunjuk rasa ingin berjumpa wakil rakyat tersebut, namun tidak berlama-lama, massa meninggalkan kantor dewan.

Pada kesempatan itu, massa yang datang juga turut serta keluarga Priska yang membawa jenazah yang telah dimasukkan ke dalam peti dengan menggunakan mobil ambulans.

Di depan mobil ambulance ada kain putih yang bertuliskan “Korban PNS Kadisperindag Batam Gustian Riau".

Salah satu kerabat korban, Panahatan Nainggolan menyebut kedatangan mereka hanya ingin menuntut keadilan atas kematian Priska yang disebabkan oleh tindakan petugas saat proses pembongkaran.

"Kami datang ingin menuntut keadilan bagi keluarga kami. Tindakan petugas saat itu yang mengejutkan Priska tidak bisa ditolerir," ujar Panahatan di sela-sela aksi unjuk rasa, Rabu (28/7/2021).

Karena tidak dapat menjumpai dari Wali Kota maupun anggota dewan, massa kemudian meninggalkan lokasi. Mereka menuju ke lokasi pemakaman.

Ia mengaku sudah melapor ke Polda Kepri, namun ditolak.

"Laporan kami ditolak oleh Polda Kepri. Dianggap tidak bisa dilanjutkan. Ini kami juga tidak tahu maksudnya apa. Sementara sudah ada yang meninggal," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini