Arjuna, salah satu penumpang kapal bercerita tentang banyaknya pelajaran yang ia dapat dari perjalanan tersebut.
Lelaki pemilik kedai itu diketahui dipercaya membagikan bantuan sosial untuk warga.
Arjuna mengisahkan apa saja tentang Teluk Lanus, terutama perjalanan hidup sampai bisa menjadi warga Teluk Lanus, termasuk cerita tentang masuknya listrik PLN.
Ia mengungkapkan bagaimana rasanya setelah listrik PLN menyala 14 jam atau hampir sepanjang hari. Karena, kata dia, sebelumnya PLTS yang bergantung dengan cuaca, membuat warga tidak bisa berharap banyak.
“Sejak adanya listrik PLN, kami menjadi lebih bersemangat. Sebab aktivitas yang menggunakan listrik tidak terbatas. Jika sebelumnya listrik hanya hidup dari petang sampai pagi, kini listrik hidup hampir sepanjang hari,” kata Arjuna, Sabtu (20/2/2021) pagi.
Menurut dia, warga benar-benar nyaman, bisa menonton televisi atau sekedar mengisi baterai ponsel di siang hari.
Tak hanya itu, warga juga tahu lebih banyak informasi lewat berita berita. Bahkan sebagian warga membeli barang elektronik dan membuat sumur bor untuk memudahkan aktivitas di rumah.
“Selama ini, kami enggan keluar rumah ketika hari mulai gelap. Selain tidak ada penerangan juga babi dan binatang hutan masih berkeliaran. Tapi kini, meski malam kami tetap bisa bersilaturahmi. Hal itu juga membuat anak-anak kami bergembira,” ungkap Arjuna.
Sementara itu, Sekretaris Desa (Sekdes) atau Kerani Kampung Teluk Lanus, Sutriadi mengakui ada yang berubah dalam keseharian warganya sejak PLTD beroperasi.
Disebutkannya, 14 jam listrik menerangi Teluk Lanus setiap harinya menjadi berkah tersendiri bagi warga yang kreatif, seperti berjualan es dan itu sangat laku.
Sebab, kata dia, belum semua warga mampu membeli lemari pendingin atau kulkas. Sementara saat ini, cuaca sedang terik-teriknya.
Harga es batu per buah untuk ukuran plastik 1 kilogram Rp 2.500, berarti dua Rp 5 ribu. Rata-rata warga membeli es batu dua buah.
Ini masih tentang es batu, belum lagi minuman segar seperti cendol, dan air kelapa muda yang belakangan menjadi mata pencarian warga.
“Sangat besar manfaat kehadiran listrik bagi kami. Saat ini kami di kantor desa, nge-print surat-surat, tak perlu harus menunggu malam,” ucap Sutriadi, Sabtu (20/2/2021) malam.
Ketika petang, cahaya lampu setiap rumah menyinari kampung. Kampung menjadi lebih hidup, sebab warga tak ragu lagi untuk keluar rumah bersilaturahmi, atau minimal ke warung.